Hidup bersama Handpohone
Sebenarnya akhir-akhir ini saya terjangkit virus handphone addict, selain karena sibuk di telpon dan di sms oleh orang penting saya pun hampir melakukan kegiatan dibantu dengan aplikasi handphone, mulai dari e-dictionary, kalkulator, sampai alarm. Meskipun banyak membantu, terkadang handphone ini memunculkan kebiasaan aneh yang kurang bermanfaat.
The Voices
I mistaken the buzzing sound in my bosom,
Make me chaotic for every symphony in this life.
And the voices hypothesis I suspect make me laugh.
When there was to be, when disappear, even when just illusion of rhythm
Hurt, he made for familiar voices
stertorous, he made for hearing the voices
But this hurt, this stertorous is an enchant rhyme
From a knot my sheepishly smile inside the tinge
Torture me as if an ache..?
Ache? Ache.....Ache! the taboo word for me.
My logic still bear up on the voices, inside my headache,
Waiting for what will happen the next,
Just because the voices..
(Fyuuuuuhhhh.... *kipas-kipas* My First non-grammatical and non-structural poetry.. -__-, Actually I write the poetry in Bahasa version, but my friend ask me to translate it... so... thus the result... )
Negeriku bukan Putih Abu
Televisiku tak lagi berwarna, dihiasi media pahit. Hitam.
Nyaris saja aku melupakan medali-medali emas negeriku
Karena yang kulihat adalah kasus berkepenjangan yang sulam menyulam.
Negeriku seolah menjadi tontonan layar Putih Abu
Lagu bangsa tak lagi diharmonisasi,
Para pujangga tak lagi terdengar berpuisi,
Tak ada lagi pejuang pahlawan bangsa ini,
Semua, Hampir semua berjuang untuk diri!!
Aku berharap! Akulah yang buta warna...
Negeriku tidak Putih Abu, Negeriku tidak baku! Negeriku tidak kaku!
Negeriku adalah warna pelangi yang berpadu...
Pelangi-pelangi yang abadi, mengangkasa!
Coba lihat saja warna merah, keberanian para tentara menjaga harga diri bangsa,
Lihat juga warna kuning, kesejahteraan para petani yang ikhlas menuai padinya,
Coba Perhatikan warna biru, pemerintah sabar yang adil mendengarkan kedamaian,
Lalu perhatikan pula hijau, rakyat yang tenang dan cerdik menyampaikan keluhan,
Kenapa tak soroti mereka saja??
Daripada mempertontonkan para pelacur negara..
Semua Orang Perlu tahu dan Harus Tahu!
Negeriku bukan layar tua Putih Abu, Negeriku itu Pelangiku!
Nyaris saja aku melupakan medali-medali emas negeriku
Karena yang kulihat adalah kasus berkepenjangan yang sulam menyulam.
Negeriku seolah menjadi tontonan layar Putih Abu
Lagu bangsa tak lagi diharmonisasi,
Para pujangga tak lagi terdengar berpuisi,
Tak ada lagi pejuang pahlawan bangsa ini,
Semua, Hampir semua berjuang untuk diri!!
Aku berharap! Akulah yang buta warna...
Negeriku tidak Putih Abu, Negeriku tidak baku! Negeriku tidak kaku!
Negeriku adalah warna pelangi yang berpadu...
Pelangi-pelangi yang abadi, mengangkasa!
Coba lihat saja warna merah, keberanian para tentara menjaga harga diri bangsa,
Lihat juga warna kuning, kesejahteraan para petani yang ikhlas menuai padinya,
Coba Perhatikan warna biru, pemerintah sabar yang adil mendengarkan kedamaian,
Lalu perhatikan pula hijau, rakyat yang tenang dan cerdik menyampaikan keluhan,
Kenapa tak soroti mereka saja??
Daripada mempertontonkan para pelacur negara..
Semua Orang Perlu tahu dan Harus Tahu!
Negeriku bukan layar tua Putih Abu, Negeriku itu Pelangiku!
Jendela Bis dan Suara
by
Afkar
21.25
Sebenarnya
ini hanya sebuah catatan perjalanan di hari pertama. Perjalanan menuju tugas.
Perjalanan menuju liburan. Perjalanan menuju kemewahan. Perjalanan menuju
budaya. Perjalanan ke Bali. Aku benar-benar tak sabar dengan hari pertama di
perjalanan itu, sejak dua minggu lalu otakku sudah memproyeksikan berbagai
macam imajinasi dalam perjalananku, imajinasi yang menyenangkan tentunya.
Sekalipun begitu, pikiranku tetap ku
fokuskan untuk tugas utama, Ujian Akhir Semester : Hunting Tourist! Sebenarnya itu hanya istilah singkat sebuah tugas
dari beberapa mata kuliah khusus di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, dan
sayangnya aku salah satu mahasiswi di jurusan ini.
Aku dalam Bahasa
Yang memiliki cara, untuk menyampaikan.
Yang memiliki diksi, sebuah pesan.
Diantara semua kerumitan kata yang berpendar.
Aku dalam bahasa berbicara, bercerita, berkelakar.
Tak ada yang tahu? Tak perlu ada yang tahu
Tuhanku Maha Tahu, semua bahasaku juga bahasamu
Perlukah dimengerti? Hanya jika kau ingin mengerti
Tuhanku Lebih Mengerti, Memahamiku inchi per inchi
Aku dalam bahasa kerumitan yang menjalar dan berakar kering dalam hati
Hanya menyuburkan tinta di layar-layar digital, di tempat maya, menunggu sebuah arti
Aku dalam bahasa yang mencampurkan setiap benih ego, tawa, marah dan keanehan
Masih berharap bisa mencairkan orang-orang tercinta yang penuh dengan senyuman
Catatan Harian Putri Es..
Aku, Aku ingin menumbuhkan musim semi,
Dengan setiap benih sakura yang ku genggam
Sayang sekali! Aku tak berani, atau mungkin belum berani?
Menebar setiap benih pada kebun yang lebam.
Hanya catatan, prasasti bisu atas metamorgana cinta, cita..
Zambrud manakah yang tak menginginkan musim seminya?
Penakut!!! Putri yang bersembunyi dalam ilusi luka..
Sebuah refleksi imajinasi kegelapan perenungannya!
Ragaku, adalah kebekuan maya..
Datang, pergi dengan sendirinya,
Banyak! terlalu banyak pembatas pikiran
Waktu, usia, kerenggangan zaman!
Sebeku dirimu, catatanmu menjadi karat-karat es.
Sebeku dirimu, catatanmu menjadi kaku.
Sebeku dirimu, catatanmu menyembunyikan kebenaran bisu.
Sebeku dirimu, tak ada pangeran di catatanmu.
Dengan setiap benih sakura yang ku genggam
Sayang sekali! Aku tak berani, atau mungkin belum berani?
Menebar setiap benih pada kebun yang lebam.
Hanya catatan, prasasti bisu atas metamorgana cinta, cita..
Zambrud manakah yang tak menginginkan musim seminya?
Penakut!!! Putri yang bersembunyi dalam ilusi luka..
Sebuah refleksi imajinasi kegelapan perenungannya!
Ragaku, adalah kebekuan maya..
Datang, pergi dengan sendirinya,
Banyak! terlalu banyak pembatas pikiran
Waktu, usia, kerenggangan zaman!
Sebeku dirimu, catatanmu menjadi karat-karat es.
Sebeku dirimu, catatanmu menjadi kaku.
Sebeku dirimu, catatanmu menyembunyikan kebenaran bisu.
Sebeku dirimu, tak ada pangeran di catatanmu.
Al-Quran Hadits : ETIKA DALAM PERGAULAN
Langganan:
Postingan (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar