Dan pada sulaman mimpi itu, aku memimpikan mimpi yang lain: Dirimu.
Kali ini aku terbangun dari mimpi-mimpi itu
lagi. Mimpi tentang pemuda-pemuda berjubah dengan topeng putih. Sejujurnya, aku
tak pernah peduli dengan mimpi itu, namun mimpi yang sama dan berulang-ulang
disetiap malam cukup membuatku bosan dan muak.
Aku turun dari ranjangku, lalu berjalan
setengah sadar entah mau kemana.
“Tidak bisa tidur lagi? Mau kemana?” terdengar
suara baritone berat sebelum aku sempat melewati pintu kamar.
‘…..siapa..dia?’ aku memandang heran mendapati seorang pemuda
terduduk di meja belajarku.
Wajahnya antara asing dan tidak asing, seperti
orang yang sudah familiar tapi tak pernah ku kenal. Dia duduk santai di kursi
belajarku dengan secangkir kopi dan setumpuk kertas yang berserakan di meja
belajarku. Bagaimana mungkin dia bisa begitu sok akrab dengan tempat belajarku? Bagaimana dia bisa masuk ke
kamarku? Atau memang sebenarnya dia mengenalku? Apa dia sepupuku yang akan
menginap?
“kenapa melamun? Mimpi buruk kah?” katanya
lagi.
“hm, hanya haus”
Dari sekian banyak putaran pertanyaan yang
melilit otakku tentang pemuda itu, aku hanya bisa mengeluarkan satu kalimat
saja. Sudahlah, apa peduliku? Aku yakin pemuda itu hanya dampak halusinasi dari
mimpiku. Toh, nyawaku belum kumpul sepenuhnya. Mungkin setelah aku minum segelas air, dia akan lenyap dengan sendirinya. Aku memutuskan untuk pergi ke dapur. Ketika aku melewati pintu
kamarku, semuanya menjadi gelap, bergedebuk
dan berdesing.
“Kau baik baik saja, Airin?” seseorang
mengguncangkan bahuku, satu detik…aku terdiam menatapnya, dua detik… tiga
detik… empat detik…
“Lian?” lamat-lamat otakku mulai bekerja dan
mengolah semua informasi yang aku terima dari kelima indraku, artinya
kesadaranku mulai kembali sepenuhnya. Dan aku mendapati diriku tergeletak begitu saja di bawah ranjang.
“Bagaimana rasanya jatuh dari ranjang?” Lian,
teman kampusku, tertawa puas setelah tahu aku sudah terbangun sepenuhnya.
“Aku dapat fotomu pas jatuh, lihat posenya!
Hahaha” Ami, teman kampusku juga, dia menunjukannku sebuah foto nista yang
amat sangat tak layak diperlihatkan. Aku baru ingat semuanya, hari ini kedua teman
baikku itu sedang menginap dirumahku.
“Kurasa aku mimpi dalam mimpi” gumamku tanpa
menghiraukan komentar kedua makhluk didepanku. Pikiranku terfokus pada mimpiku
hari ini. Mimpi yang berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Aku tahu, seseorang sedang menghantuiku.
0 komentar:
Posting Komentar