Well,
karena sudah terlanjur kepo...let’s talking about this!!
“lagi
ngomongin apa nih?”
“Ih
kakak kepo deh...”
“wah dasar kepo banget sih..!”
Sepertinya dua seruan tersebut sudah
lazim menjadi trending topic orang-orang saat ini. Menurut prediksi saya, jika
ada Rating untuk trending Gaul’s Language, mungkin kata ‘KEPO’
ini sudah menjadi Five TOP Rating Gaul’s Language bersama kata ‘Cupu’
‘Ciyus’ ‘Galau’ dan ‘Cetar Membahana’
Sebelumnya, bahasa-bahasa gaul itu memang sudah ada dalam
aturan siklus komunikasi hidupnya manusia.
Lagipula bahasa-bahasa gaul itu merupakan sebuah bumbu tersendiri supaya
komunikasi kita tidak se-kaku dan se-baku
Soal-soal di Ujian Nasional Bahasa Indonesia. Bisa stress binti frustasi kita kalau bicara harus
sebaku itu *oke skip bagian ini* Asal tahu saja, adanya bahasa gaul itu
sebenarnya dari sejak tahun 70’an. Yah kira-kira... zaman-zamannya orang tua
kita pake celana cutbray dan headband kepang. Dulu bahasa gaul itu
biasa digunakan untuk komunitas tertentu aja.. tapi berhubung semakin menarik,
maka seiring pergeseran zaman bahasa
gaul ini sudah jadi bahasa keseharian, terutama di kalangan remaja tanggung dan remaja
setengah matang semacam saya. -__-
Nah... Tapi yang (menurut saya) menjadi
permasalahan anehnya, beberapa bahasa gaul zaman sekarang itu jusrtu semakin jauh dari bahasa asalnya. Kalau dulu kita kenal bahasa “Meneketehe”
sebagai plesetan dari bahasa “Mana kutahu” atau mungkin kata “Jaim” sebagai singkatan “Jaga
Image” Sama halnya seperti kata ‘Ciyus’ yang
merupakan pelesetan kata ‘”Serius” (yang dibuat cadel) atau kata “Cupu” yang
merupakan singkatan “Culun punya” atau juga kata “Galau” yang sudah jelas
artinya tercantum di Kamus Besar Bahasa Indonesia dan soal “Cetar Membahana” tidak perlulah saya
jelaskan lagi... kalian pasti sudah lebih ahli dalam cetar men-cetar ...Tpi anehnya
kata ‘KEPO’ ini yang artinya paling
membanting.... KEPO = rasa ingin tahu banget. Nah loh...? kemiripan
bahasanya dari mana?
Well... sebenarnya saya agak khawatir
jika suatu hari nanti di era yang lebih maju dan modern ketika sudah ada zaman
baru dan menggantikan zaman kita yang mulai punah. Lalu orang-orang di zaman
baru itu (misalnya) menemukan sebuah buku catatan yang nantinya mereka anggap
prasasti dan di buku itu tertulis “Hari
ini temen gue kepo banget deh.-_-“ bagaimana nantinya mereka mengartikan KEPO...? jangan-jangan nanti sejarah
zaman kita akan sulit terungkap karena mereka sulit mengartikan kata ‘KEPO’ itu. Kalian tahu kan? Sejarah zaman kerajaan
tarumanegara saja bisa kita ketahui dari prasasti cina yang menyebutkan sebuah
tempat bernama to-lo-mo karena
kemiripan lafalnya ta-ru-ma (sepertinya
ini juga bukti bahwa oranag cina *termasuk saya* tidak sanggup megucapkan huruf
“R” dengan fasih horay!). *aih.. kok jadi ngaco!? Oke SKIP juga bagian
imajinasi ini*
Intinya, saking kepo nya dengan asal muasal kata ‘KEPO’ ini akhirnya saya googling (karena di perpustakaan belum
ada buku tentang KEPO) dan
ternyata ada banyak asumsi, presepsi dan paradigma dalam pendefinisian kata ini
(wuih..bahasannya cetar sekali). Banyak sekali yang mengartikan kata kepo ini
seperti :
1. Ada
yang mengartikan bahwa KEPO ini
adalah singkatan dari “KElakuan POlisi”
karea kelakuan polisi yang sering banyak tanya dan ‘mau tau aja’.... (tapi insting
saya sebagai detektif berkata bahwa motif ini masih kurang rasional..hoho..)
Akhirnya saja lanjutkan googling
dengan cita rasa ke-kepo-an yang
semakin meningkat.
2. Saya
pun menemukan sebuah kitab panduan (http://kitabgaul.com/)
*cupunya saya baru tahu gaul juga ada
kitabnya. -_- sepertinya tinggal tunggu acara gaul awardnya landing* yang mendefinisikan KEPO berasal dari bahasa hokkian. Ke = Bertanya, Po (Apo) = Nenek2. Jadi artinya nenek2 yg suka
bertanya2. Pingin tau banget gitu.. (berhubung nenek saya tidak terlalu
banyak tanya, jadi saya rasa definisi
ini masih perlu bukti yang kuat)
3. Masih
dari kitab gaul, ada juga yang mengartikan KEPO
sebagai singkatan dari Knowing Every Particular Object yang bisa diartikan sebagai : ingin tahu
setiap urusan khusus/org lain. (karena saya dari jurusan bahasa inggris
jadi agak setuju lah dengan definisi ini)
4. Masih
juga dari kitab gaul, KEPO adalah bahasa hokkien tionghoa medan/tionghoa
sumatera yg sering digunakan untuk memarahi/mengejek orang karna kurang
kerjaan(jadi mengerjakan kerjaan yg bukan kerjaannya),sibuk tak menentu. (well.. mungkin bisa jadi ini sejarahnya
-__-)
5. Dan masih di kitab gaul juga, ada yang mendefinisikan KEPO
ini singkatan dari kek pembokat (kayak
pembantu), banyak nanya...disuruh ngrjain a byk tnya dulu, gag tanggap.
(definisi ini agak ‘tragis’ sepertinya)
6. Tetap di kitab gaul, ada juga yang mendefinisikan KEPO ini singkatan kea polisi/ kayak polisi (Oke, mungkin maksudnya sama seperti
definisi pertama hanya saja ‘terlalu’ gaul hingga jatohnya alay..)
7. Dan akhirnya saya
temukan definisi lain dari salah satu
blog (http://detakketikcerita.blogspot.com)
yang mengartikan bahwa KEPO ini
berasal dari kata “keypo” dalam Bahasa Hokkien (bahasa
yang digunakan oleh komunitas Tionghoa di Medan, Pekanbaru, dan Palembang),
yang kemudian sudah menjadi kata serapan
di Bahasa Singlish (Singaporean
English). Arti dari keypo, ini adalah "ingin
tahu" , hanya saja tidak dalam konteks negatif seperti ke-kepo-an yang sering kita dengar. (dan
saya rasa ini lah definisi yang paling masuk akal)
Ternyata setelah ditelaah lewat
definisi, kata KEPO ini memang punya arti dan makna yang jauh sekali dengan
pengucapannya, tidak seperti bahasa gaul lainnya yang hanya diambil dari
kesamaan pengucapan yang dipelesetkan atau diambil dari akronim maupun
singkatan. Jelas lah kata KEPO ini makna nya jauh karena berasal dari kata bahasa
hokkien yang kemudian menjadi kata serapan Singlish
dengan artian lain kata KEPO ini justru tidak berasal dari Bahasa
Indonesia asli melainkan diambil dari bahasa di negara lain atau komunitas tertentu
yang berada di Indonesia. Of course,
hal ini bukan berarti bahasa gaul itu sudah membanting keberadaan bahasa asli
indonesia, tapi ini sebenarnya bisa jadi bukti bahwa sistem komunikasi bahasa
di indonesia mulai menyebar meluas. Hanya saja kita jangan terlalu sering
mengonsumsinya karena kita harus tahu kapan dan waktu yang tepat untuk
berbahasa gaul (dalam artian lain jangan berbahasa gaul dengan dosen yang killer) *Oke Paragraph terakhir ini
Ciyus lho*
Oke segitu saja... cerita ke-kepo-an
saya.. See ya!