pict from:https://obsessioncompulsion.files.wordpress.com
|
Keningnya berkeringat lebat, dia dengan tergesa-gesa menarik benang yang tersambung dengan layangan yang sedang terombang-ambing, layangannya terlilit benang layangan lainnya. "Ah! Terlalu cepat!" gumamnya panik, dia kembali mengulur benang ditangannya membuat layangannya sedikit menjauh dan terlepas dengan layangan lawannya. "Ah! tu-tunggu!" Laki-laki muda itu setengah berlari menyeimbangkan posisi benang layangannya. Layangan biru gelap yang menjadi lawannya sepertinya berniat meninggalkan medan perang, mungkin pemilik layangan biru itu kesal, karena perang adu layangannya tak urung selesai. Pasalnya matahari sudah mulai menghilang. "Dapat!" sekali lagi, benang layangannya melilit layangan biru gelap, kembali mengangkat bendera perang. Dia mengulur benangnya, memancing sang lawan agar menyerang terlebih dahulu, dan gagal. Layangan biru gelap itu dengan lincah meliuk-liuk melepaskan diri, menghindari perang. Si Laki-laki muda sedikit frustasi, tantangannya tidak ditanggapi, akhirnya dia menarik tajam benang layang-layang yang disebut-sebutnya sebagai gelasan itu. Sekali lagi, layangan biru lawannya terperangkap.
Hari menjelang gelap, dan angin senja mulai menjadi angin malam yang dingin. Tapi laki-laki muda itu masih berkeringat lebat, terlalu asyik dengan permainannya. "berhentilah..berhentilah.." bisikku sia-sia. Dia malah semakin asyik menarik-ulur benang layangannya. Sesekali benang layangannya dia ulur ragu-ragu, memancing reaksi lawannya. Sesekali dia tarik benangnya perlahan, menjebak lawannya.Tiap strategi adu layangan dia terapkan dengan cermat dan detail. Tapi sepertinya lawannya tidak se-ahli laki-laki muda itu. Permainannya terlalu spontan, acak dan lebih tidak terbaca. Benang layangan birunya mengulur-menarik-mengulur-meli