Mirror-Mirror : Cerita Kemarin Sore

Matahari mulai terbenam. Seorang gadis berbaju merah menyala terduduk di meja belajar sambil memandangi sebuah cermin sihir.Kenapa cermin sihir? Yah, karena di matamu, kau tidak akan melihat apapun. Tapi melalui mata gadis itu, teori relativitas cahaya enstein terkalahkan oleh teori imajinasi mimpi dari Walt disney.Bingung? Oke, aku deskripsikan ulang dengan situasi yang lebih simple
:

Matahari mulai terbenam. Seorang gadis berbaju merah menyala terduduk di meja belajar sambil memandangi sebuah cermin sihir. Gadis itu memandang cermin dengan tatapan yang kosong, sekosong cermin itu yang tak memantulkan siapapun. Hanya benda-benda di kamar sang gadis.

“mirror..mirror the miracle of our” rapal gadis itu dalam sunyi.

Barulah, perlahan-lahan bayangannya muncul di depan cermin. Bayangan gadis yang sama persis, namun berbeda.

“Mika~ lama tak bertemu, apa ceritamu hari ini??” sapa sang gadis di cermin dengan nada manja khasnya.

Mungkin sekarang, mereka berdua lebih terlihat seperti saudara kembar yang sedangskype-an atau video call melalui media cermin. Tanpa kabel. Tanpa koneksi Internet.

“Mika~” panggil sang gadis cermin sekali lagi, dia tersenyum memiringkan kepalanya—tanda meminta jawaban.

Gadis yang dipanggil hanya tersenyum lembut dan hangat, terkesan lebih kalem.

“terlalu banyak kebahagiaan juga keramaian hari ini, jadinya sekarang aku merasa kesepian”

Si gadis melanjutkan bercerita.

Tadinya, kupikir hari  ini sama saja dengan hari sebelumnya. Sepi, penuh tugas dan tugas. Baru saja aku mau tidur, Kau tau kan? Tidur selalu menjadi obatku yang paling ampuh untuk memperbaiki moodku, Nah, ternyata teman sekolahku datang! Aku bahkan lupa harus mempersiapkan apa, tapi bundaku selalu lebih siap dari yang kupikirkan. Menyenangkan!

Dalam beberapa jam, rumahku menjadi ramai dengan banyak cerita. Ini moment yang paling kusuka. Sambil makan-makan, kita saling melempar canda. Dua tahun, ternyata cukup merubah kehidupan kita. Usia, mungkin bisa mendefinisikan kita menjadi sebuah kedewasaan.

Aku mendengar cerita-cerita rumah tangga dari  Putri, menghayati soal lamar-melamar dari Andriya. Aku juga mendengar cerita cinta Tiwi yang notabene jarang sekali bercerita soal cinta! Dari Siti, Wati, dan Nurha, aku lebih nyambung, bercuap-cuap tugas-tugas yang menggunung dan pekerjaan yag membingungkan. Dan.. Oh ya! Kita
ditraktir baso dan aku mendapat dua coklat dari Aji! Amazing bukan? Padahal dulu disekolah dia murid yang paling badung. Satu lagi murid semi-badung dan hobi tidur, Faiz, sekarang caranya berbicara sudah sebijaksana ketua dewan kebijaksanaan masa depan! Tadi kita juga berfoto, hahaha Lucu sekali! Meskipun tak semua teman datang, aku senang, bisa melihat mereka lagi..

                Gadis itu tiba-tiba terdiam,  ekspresinya yang baru saja terlihat cerewet—mirip dengan si gadis cermin— berubah datar begitu saja.

        “Hmm...? Adakah seseorang yang mengganggumu?” tanya  si gadis di dalam cermin.

        “mm..kurasa tidak” Mika memalingkan mukanya sejenak. Si gadis cermin tahu.

         “dia datang ya?” tebak si gadis cermin. Meskipun wajah Mika sama datarnya seperti seblumnya, si gadis cermin tahu, pupil matanya sedikit membulat mendengar pertanyaan itu.

“mmh.. begitulah.. aku tadi terlihat bodoh” sekali lagi, Mika memalingkan wajahnya.

“senyum-senyum sendiri maksudmu?” goda si gadis cermin.

“ well... sudahlah... waktu kita selalu tidak tepat untuk dibicarakan. Soal itu aku ingin menyelesaikannya sendiri saja, atau bahkan mungkin hal ini sudah selesai sebelum kuceritakan”

“ Oke..Oke.. biar hari ini menjadi cerita bahagiamu saja, lalu? Siapa lagi yang ku temui hari ini?” Si gadis cermin tersenyum penuh arti.

Mika melanjutkan bercerita.

Sahabatku! Haha agak sulit sih menemui mereka, sebentar pula. Tapi mereka yang paling membuatku menjadi diriku yang sebenarnya.

Sebelumnya, aku dan tiwi, pergi berebelanja dan mengobrol  di supermarket terdekat. Kita melanjutkan pembicaraan tentang cita-cita, juga cinta. Lucu sekaligus menyebalkan memang. Aku menyadari seolah perempuan terlahir dengan memiliki usia kadaluarsa soal cerita cinta. Aku maupun tiwi  mengerti, hidup kita itu ber-genre Fantasy, bukan DramaJadi agak unik bagi kita untuk saling bercerita tentang hal abstrak semacam itu.

Usai dari sana, aku harus membeli sendal dulu! Sial sekali... Tali sendalku putus (dan selalu putus di moment penting, di tengah jalan pula) haha menggelikan! Aku sudah seperti anomali cinderella saja!

Oke, dua cerita itu sebenarnya hanya pengantar! Intinya, setelah belanja dan sendalku putus, aku harus pergi ke rumah bibiku.. menikmati  moment ritual sate di lebaran Idul adha ..Subhanallah! aku sangat menanti tiap gigitannya! Dan ternyata..

Dua sahabatku menelpon, “Kita OTW rumahmu” begitu katanya. Akhirnya aku putar haluan dan menemui dua peri itu. Dan Kehidupan hari ini pun berputar haluan. Aku kembali pada kebahagiaan dunia fantasy-ku! Tertawa dan tertawa.

Sangat sebentar aku bertemu dengan mereka, tapi tiba-tiba saja rumahku menjadi sepi. Aku baru sadar, di rumah, aku sendiri. Menunggu kepulangan keluargaku.

Rumah terasa hening, tapi aku merasa ada air hangat yang sudah menyiram sebagian ruh ku.

Aku masih tak tahu air macam apa itu.

Dan..sisanya seperti yang kau tahu, jika aku tertalu sedih atau terlalu bahagia, Tuhan dan kau yang tahu.

                Mika terdiam dengan senyuman paling khas-nya. Mungkin saja senyuman semacam itu yang bisa membuat orang jatuh cinta dan memahami makna kasih sayang. Tapi itu senyuman langka. Terlalu langka, Bahkan untuk Mika sendiri. Gadis berbaju merah itu masih memperhitungkan rumus persamaan kebahagiaan maupun kesedihan.  Tak terlalu banyak mengerti soal kehidupan.

                “Aku yakin kalau ada orang di sampingmu, pasti dia sudah mengelus kepalamu seperti kucing!” Si gadis cermin tertawa menyelah.

                “kau manis sekali..” lanjut si Gadis cermin, dan sekali lagi Mika terlihat salah tingkah dengan memalingkan wajahnya.

                “sayang sekali kita punya batas ruang dan waktu” kali ini mata Mika kembali terlihat kosong, dan si gadis cermin terdiam kaku.

                “aku tetap tidak tahu soal ‘sampai-mana-akhir-umur-kita’ Tapi kau pasti tahu dimana kau akan menemukanku” kali ini si gadis cermin yang terlihat lebih kalem. Kedua gadis itu sendu, saling bertatapan.

                “mirror – mirror, the miracle of our” rapal kedua gadis itu bersamaan


Dan cermin itupun lenyap menjadi uap.