Aku tidak berada di kesemuanya.

Pagiku tidak cerah, pun tidak semu. Sebagai selayaknya manusia yang tumbuh di zaman teknologi, pagi ini kumulai dengan membuka smartphone ku. Untuk apa? Entahlah aku hanya terbiasa.

Pertama, aku buka Whatsapp. Aku mengecek perbincangan grup dan chat pribadi, barangkali dia mengucapkan selamat malam atau selamat pagi? Tidak ada. Aku hanya menemukan (kebanyakan) story kawan kerjaku menunjukan kemesraan keluarga kecil mereka di pagi hari. Sebilah pisau terasa mengiris tipis di dada.
Kedua, aku buka facebook. Lewat facebook aku mengecek notifikasi kawan lamaku, atau update update cerpen terbaru di grup. Usai urusan dengan kabar mengabari dan membaca tulisan di grup, munculah postingan kawan lamaku di beranda. Dia sedang tour berlibur ke berbagai pulau di Indonesia. Bilah pisau lainnya lagi lagi mengiris hati.
Ketiga, aku membuka instagram. Biasanya aku hanya ingin melihat meme yang menghibur. Tapi lagi lagi yang kulihat adalah kerabatku sedang berfoto selfie di depan gerbang Cambdrige University, dengan caption "alhamdulilah semangat lanjut mencari ilmu". Kali ini bilah-bilah yang mengiris mulai menghujam bertubi tubi.
Aku iri. Bukan pada kebahagiaan yang mereka tampilkan, tapi pada cara mereka menunjukan bahwa "Aku Bahagia" meski mungkin sebenarnya ada banyak cerita miris nan heroik di balik foto foto itu, yang aku sendiri tidak (mau) tahu.
Esok lusa, bagaimana aku bertahan?
Hanya itu yang bisa kupikirkan.

Pagi ini aku menutup smartphoneku lalu pergi mandi. Bersiap untuk mennemukan hal baru yang membuatku semakin iri lagi.

0 komentar: