Kepingan 75

//Cerita Hasa 1 : Laila//
Aku memperhatikan binar matanya yang tersisa dari serpihan serpihan kenangan yang ia kumpulkan. Dia menceritakan potongan kehidupannya yang amat berkesan. Gadis itu beruntung, sebab dia punya kubikal ekslusif di noktah ingatan Hasa.

Kau tahu Aley? Pertemuanku dengannya adalah yang paling tak disangka sangka. Tadinya aku mengincar Lusi. Dia primadona sekolah yang terkenal cantik dan pintar! Tapi aku justru menemukan yang lebih daripada Lusi.
Pertemuan pertamaku itu diawali  sewaktu acara perpisahan sekolah, aku dan dia sama-sama bertugas untuk upacara adat, dia penari perempuan, aku bagian lengser. Waktu itu, aku tak kenal dia, bahkan tahu dia ada pun enggak, fokusku cuma satu, Lusi. Nah… sewaktu persiapan di back stage, setiap penari perempuan itu membantu mendandani laki-laki, aku tuh sudah rusuh ingin di dandani Lusi. Yah… taunya dia sudah dandanin yang lain. Zonk deh! Tadinya kupikir begitu.
Terus pa Irpan, guruku di bidang seni budaya, manggil seorang perempuan dibelakang untuk mendandaniku. Waktu itu aku masih greget sama si Lusi. Aku sama sekali ngga fokus sama dia. Tapi pas dia mulai mendandaniku di bagian mata, um.. dia semacam memakaikan eye shadow hitam di bawah mata…
“itu cela mata..” protesku menginterupsi ceritanya.
Sshh! Iya pokonya itu laah… terus waktu itu dia bilang ‘lihat keatas kak’ aku kan otomatis menegadah, taunya dia tertawa’“pandangan matanya saja yang keatas ka’ lanjutnya lagi, dan saat itu, posisi dia sejajar dengan pandangan atas mataku. Gilaa! Rasanya seperti lihat bidadari yang tertawa. Sorot matanya yang kecil membulat terlihat ramah, belum lagi hidungnya bangir.. mancung! Bibirnya tipis.. Ah pokoknya itu mommen terpesona yang paling mendebarkan deh!
“hahaha” Aku tertawa merinding. Hasa masih bisa mendeskripsikan emosinya dengan jelas, dia selalu begitu dengan cerita-ceritanya. Tapi perasaan yang ia transfer kali ini masuk dan memantul kesana-kemari dalam benakku. Alam bawah sadarku menolak untuk bersimpati merasakan emosi Hasa pada saat itu.
Ditambah lagi, dia baik…Usai upacara adat perpisahan, kita semua membersihkan make-up, dan aku mencari si dia lagi. Mau minta dibersihkan hehe, supaya bisa lihat cantiknya lagi… ‘tanggung jawab, kau yang mendandaniku, kau yang harus membersihkan make up ku juga’ godaku saat itu, dia setuju sambil tertawa… ah manis pokoknya! Nah…Saat dia mau membersihkan wajahku, ternyata kapas pembersih make upnya hanya tersisa satu, dan dia sendiri belum membersihkan make upnya. Terus dia bilang ‘ya sudah kakak dulu saja, aku bisa minta ke teman, lagian aku ada pencuci muka’. Ya tuhan, waktu itu aku merasa diistimewakan sekali, dia bahkan mau berkorban buat aku yang belum dia kenal!
‘Cih… maaf ya, jika aku tak bisa membuatmu merasa teristimewakan’ sisi batin feminim ku mulai berontak berujar sarkasme.  Intusiku merubah partikel-partikel perasaan euphoria Hasa menjadi percikan bara. Tapi di sisi lain, aku masih ingin tahu kelanjutan kisahnya, aku masih ingin meregup Hasa lewat bait demi bait kenangan yang dia beritahukan. Aku ingin tahu soal Hasa seutuhnya, lengkap dengan semua hal yang tersemat dalam kehidupannya, termasuk kenangannya.
“Itu belum jadian?” Aku baru menyadari, cerita Hasa soal Laila, baru pembukaannya saja.
Nah belum Aley.. jadi waktu itu, saking terpesonanya ya Ley… Aku bahkan sampai lupa menyalakan mode ‘modus’ ku hahaa… Aku bahkan gak ingat untuk tanya nama apalagi nomornya! Aku benar benar pure terkesima padanya! Sampai sampai jadi bodoh rasanya.  Dan sehabis perpisahan, dimulailah libur semesteran. Aku benar – benar kalut selama liburan ,perasaanku tak karuan membayangkan dia. Aku merasa hari itu adalah kebodohanku yang terlalu, aku benar benar menyesal lupa menanyakan namanya. Saking gemas dan gilanya, aku bahkan menyusuri semua kemungkinan kenalan di facebook lalu mengamati satu-satu foto profil yang mirip dengannya lalu aku mengajukan pertemanan kepada semuanya! Kau tahu Aley? Puluhan yang ku add pertemanan di facebok, Puluhan! Dan ternyata dia tak ada di puluhan akun facebook  orang yang kutelusuri. Hahaha
“niat sekali…” Ini sisi Hasa yang baru ku ketahui. Aku tak pernah tahu Hasa bisa sesungguh-sungguh itu mendekati seorang perempuan. Aku selalu menduga, fleksibilitas karakternya, keramahannya, dan keterampilannya berkomunikasi sudah cukup bisa berhasil merayu perempuan disekitarnya. Kupikir dia seorang yang terlahir mahir secara alami untuk menjadi seorang perayu.
Iya ley.. kesan pertemuan itu membuatku penasaran setengah gila! Sumpah, waktu itu dia cantik sekali!
Dalam benakku, muncul gambaran serupa wajah yang cantik dan lugu dengan rambut bergerai dan postur yang montok-semampai. Wajah yang sempat menghipnotis Hasa di ruang waktunya ketika SMA. Wajah yang lekat terdeskripsikan di saraf ingatan Hasa.
Umm ..tapi Aley juga cantik sekali kok..
Hasa merevisi akhir kalimatnya demi mengurangi rasa bersalahnya karena menceritakan Laila dengan terlalu menggebu-gebu. Bagaimanapun juga, Laila sudah menjadi cerita. Tapi pujian Hasa padaku, hanya terdengar seolah kalimat pertahanan diri. Kau tidak bilang aku lebih cantik darinya, gerutu batinku.
“Iya.. iya… terus?”
Nah… aku mulai tahu namanya pas masuk sekolah. Kali ini mode operasi modusku sudah terencana dengan baik! Aku masuk ke kelasnya dan memintanya mencatat nama dan nomor semua anggota penari yang terlibat dalam penampilan perpisahan kemarin.. Otomatis dia akan menuliskan nama dan nomornya kan? Hahaha. Aku bangga sekali punya ide secemerlang itu. Dia sempat bertanya ‘memangnya untuk apa kak?’  aku sempat gelagapan, deg-degan.. tapi otakku memang sudah cerdas dari sananya, jadi aku jawab saja ‘di suruh Pak Irpan Guru Seni Budaya,untuk data nilai tambahan’ dan dia percaya. Padahal aku tak peduli dengan nama yang lainnya, yang penting aku tahu nama dan nomornya, darisanalah aku tahu.. namanya Laila.
Laila yang berarti malam, dia pernah menjadi keteduhan malam yang menidurkan Hasa dalam memori yang manis. Laila yang berarti malam, dia juga yang pernah membuat Hasa terjaga bermalam-malam hanya untuk menuliskan tiga puluh halaman kisah yang berporos pada dirinya.
“ Terus kenapa putus?” aku berusaha loncat pada konklusi, sebelum ketakutanku kembali menyeruak dan mendegradasi kepercayaan diriku.
Diih, itu masih belum jadian…!
Khas Hasa, baginya setiap cerita harus sistematis dan kronologis.
 Sebelum jadian, aku dan dia sempat ada jarak juga… pertama karena dia sempat membuat komentar yang mengesalkan di facebook soal bandku.. Dulu aku anak band tahu! Dan dia sepertinya kurang suka hal semacam itu.
“Aku juga, band selalu identik dengan bising. Aku kurang suka bising” aku memotong ceritanya, Hasa menatapku gemas.
Tapi kan kau tidak berkomentar hal yang tidak mengenakan soal itu
“Iya,  toh aku bukan anak SMA..”
Hahaha, kau nampaknya memang tak pernah melewati masa SMA, seolah terlahir tua..
Aku memukul kepala Hasa.
Oke, lanjut, pertama karena itu… kedua karena aku juga sempat punya pacar… walau sebenarnya aku masih penasaran dengan Laila
“Gila, kau suka pada Laila tapi memacari gadis lain?”
 Yah.. namanya juga anak SMA Aley! Lagipula saat itu aku berfikir toh tak ada ruginya kaan? Menikmati Masa putih abu.. hehe..
Aku tak pernah paham bagian itu, tapi itu memang fenomena yang tak asing lagi di telingaku. Sebagian orang bisa saja mengikatkan dirinya dalam suatu hubungan karena iseng saja atau penjeda bosan saja. Serupa hiburan semata. Sedangkan aku tak akan pernah bisa seperti itu.
Oke singkat cerita, dengan adanya drama klasikal anak SMA, ternyata pacarku itu masih berhubungan dengan mantannya.. yah…akhirnya aku putuskan dia karena kuanggap dia sudah selingkuh.. Tapi bagiku, di sisi lain ini adalah kesempatan.. berarti aku bisa mendekati Laila tanpa jeda, tanpa penghalang.. dan Tanpa harus menyakiti pacarku itu tentunya..
Mendengarnya, aku justru bersimpati pada si pacar yang menjadi tokoh figuran. Dia tentu sempat kecewa, tapi bagaimanapun dia melakukan kesalahan juga. Pikiranku terbelit berbagai asumsi soal motif mereka berdua pacaran. Jika perasaan keduanya silih terpaut pada individu lain, kenapa mereka menjalin hubungan?
Well, yah.. pacarku pasti sempat galau juga sih, toh sebenarnya dia bilang dia lebih menyukaiku dibandingkan mantannya, tapi tindakannya tetap tidak dibenarkan kan?
Sebelum melanjutkan, Hasa mengklarifikasi, nampaknya dia meragap apa yang sedang kupikirkan lewat kerutan ekspresiku yang lugas.  Aku hanya mengangguk membenarkan klarifikasi Hasa.
Dari sana aku mulai dekat dengan Laila, mulai tahu sisi manisnya.. cara bicaranya yang manja dan menyenangkan, kau tahu Aley? Pertama kalinya aku ngajak dia jalan.. itu lewat challenge bergadang. Siapa yang kuat bergadang dia menang, dan yang ketiduran duluan harus mentraktirnya. Waktu itu aku sengaja mengalah dengan pura-pura ketiduran.. dengan begitu aku bisa mentraktinya.. hahaha terlihat gentle bukan?
Aku mendapatkan poin baru disana: bahwa perempuan merasa senang jika ditantang. Aku pun demikian, challenge adalah permainan favoritku dengan kuro. Dan Hasa mengaplikasikan modus yang sama untuk bisa mendapatkan hadiah ulang tahun dariku. Perbedaannya, Hasa tak pernah mengalah padaku dan aku murni tak pernah menang dari Hasa. Kenapa? Pertanyaan itu selalu mengambang di udara.
Kencan pertamaku dengan Laila benar-benar menyenangkan! Mommen nya pas! Apalagi saat itu aku sehabis Ujian Nasional, Rasanya aku benar – benar disuguhkan oase untuk menyegarkan pikiranku! Nyaman sekali. Padahal cuma makan di kantin sekolah… Nah.. kedua kalinya, aku mengajukan challenge yang sama… Tadinya kali ini aku tak mau kalah…Tapi untuk kedua kalinya, aku justru kalah beneran hahaha. Aku tak bisa begadang karena ketiduran. Jadi aku harus traktir Laila lagi… tapi bagiku waktu itu bukan masalah, asal bisa bertemu dengannya. Dia benar-benar anak yang lugu dan memikat. Kau tahu Ley? Ternyata aku anak laki laki pertama yang dibawanya kerumah dan dikenalkan pada Ibunya! Dia bahkan pernah rela menungguku diluar studio band karena aku ingin latihan, sementara dia tak suka apapun soal band. Meski akhirnya aku merasa kasihan membuatnya menunggu, tapi justru dia yang meminta maaf lebih dulu,dia bilang gini ‘maaf ka aku cukup tau aja kaka suka band. tapi aku gak larang kok’ pengertian dan dewasa lah pokoknya!
Hasa menirukan suara lembut Laila dengan kelembutan yang konstan.
“ehem.. Ini masih belum jadian?” Aku mulai gemas. Hasa terlalu detil mendeskripsikan kisahnya, alih alih cuma mengenang, bisa-bisa dia terhanyut kembali ke zona perasaan yang sama.
Beluuuum Aley. Oke.. waktu jadian itu benar-benar mommen paling berkesan, sebab jadi hadiah ulang tahun terbaik untukku. Jadi tadinya Laila mau mentraktirku pas aku ulang tahun. Tapi karena aku latihan band,dia merasa waktunya belum tepat. Nah.. Malamnya.. karena aku sudah lama terkesima olehnya, aku akhirnya nembak dia lewat pesan, dan dia bilang dia ingin mendengarnya langsung. Akhirnya aku bertemu dengannya. Serius! Aku gugup sekali waktu bicara langsung menembaknya!Kau tahu kan Aley, Aku tak pernah menyatakan perasaan secara langsung! Pasti lewat ponsel, via telepon atau sosial media! Tapi saat itu dia memintaku langsung mengatakannya.
Sungguh gadis yang beruntung, dengan keberanianny dia bisa memutar balikkan situasi Hasa semudah itu. Hasa yang gugup pasti terlihat manis dan lucu saat itu. Sulit sekali untuk bisa melihatnya dengan ekspresi semacam itu.  “ Lalu kau bilang apa?” tanyaku tak sabar.
Yaa.. aku cuma bilang, ‘kamu mau jadi pacarku ngga’ dan dia jawab dengan kalimat yang berbelit-belit dan membingungkan, membuatku gemas. Biasalah, perempuan memang complicated. Tapi akhirnya dia mengucapkan ‘iya kak aku mau’  sambil tertawa, lalu dia mengucapkan ulang tahun padaku setelahnya. Saat itu rasanya aku benar-benar terapungbahagia, seperti dapat jackpot terbaik. Kado teristimewa.
Aku merinding, siluet bayangan kegagalanku saat merancang ulang tahun yang berkesan untuk Hasa, luruh seketika. Bergantikan adegan - adegan cerita Hasa dan Laila yang terpampang lebih manis dari picisan drama. Aku menarik nafas panjang, berusaha mengaburkan semua siluet yang ada. Ada perasaan ngilu di dada.
“Lalu kenapa kalian putus?” aku tahu ceritanya belum final.
Aku yang salah Lea. Aku cemburu gila padanya. Sedikit saja aku tahu dia dekat dengan laki-laki, aku marah padanya sekonyong konyong bilang putus semaunya. Ada pesan dari laki laki lain, aku langsung mengamuk, padahal pesan itu cuman ucapan hari raya biasa. Tapi tetap aku tak rela. Berulang kali aku membuatnya menangis, memintanya kembali. Tapi untuk yang ketiga kalinya aku benar- benar memutuskannya, dengan alas an kecemburuan yang sama..
“Hanya karena itu?” Aku mengernyit menatap Hasa.
Yah.. akunya juga mungkin mulai jenuh dan tertarik pada hal yang lain.
That’s the point.. Kau bodoh, menyia-nyiakannya” Kali ini toleransiku sebagai wanita merasa terusik. Di benakku, terbesit kesimpulan bahwa bukalah hal yang nihil jika kemungkinan situasi yang sama juga bisa terjadi padaku.
Iya.. itu kebodohanku Ley.. wajar saja kalau dia bakal amat sangat membenciku. Tapi jika aku tidak begitu, aku tak kan tak akan bisa bertemu denganmuuu hehehe.
Hasa mengelus kepalaku gemas, sedang aku masih tak bisa mengkondisikan ekspresiku, ada ragam emosi baru yang kuserap dari cerita Hasa. Tapi, aku tak bisa menyangkal ucapannya. Kebodohannya, justru menarik salur-salur jalan hingga bersimpangan denganku.
“Sekarang bagaimana hubunganmu dengannya?”
Dia sudah menikah Aley…sudah punya putra. Hidupnya sudah berjalan sebagaimana mestinya, Meski sepertinya setelah berpacaran denganku dia amat trauma, tapi itu membuatnya memutuskan untuk hanya serius berhubungan hingga ke jenjang pernikahan. Dia tetap gadis yang baik kok. Aku cuma tak tahu bagaimana raut mukanya kalau dia melihatku hahaa”
Ada banyak pertanyaan bergumul diatas kepalaku, tentang bagaimana perasaan Hasa padanya saat ini, tetang apakah ada penyesalan di benak Hasa, tentang apakah dia bersimpati pada Laila yang sudah dibuat trauma olehnya. Tapi aku menelan pertanyaan itu bulat-bulat. Hasa sudah pernah menegaskan padaku bahwa Laila adalah masa lalu. Dia sang malam yang sudah berlalu.
Semua jawaban dari pertanyaan itu sudah bermuara di keberadaanku saat ini. Aku hanya perlu memahaminya hingga fasih mengenal Hasa, memeluk cerita-ceritanya demi membentang ceritaku di kehidupannya agar bisa bersambung dan terpaut berkelanjutan.
 Eh tapi Ley.. dia masih cantik loh, kalau suatu waktu kamu izinkan. Misalkan dia menjanda, aku siap menerimanya dan putranya ahahaha..
Hasa bercanda tidak pada tempatnya. Aku melayangkan pukulan ke bahunya dan melipat wajahku hingga sekusut-kusutnya. “menyebalkan” rajukku pelan, membuang muka.
Hahahaha bercanda sayaang, tapi serius juga gak apa apa sih haha
Sekali lagi aku memukulnya dan dia menularkan gelak tawanya padaku.

0 komentar: