//DIARY ALEYA 1//
-Lelah, Januari 2018-
Barusan dia mengatakan, “Aku
memang kelelahan ketika harus mengimbangimu. Tapi ternyata aku lebih kelelahan
tanpamu” Aku terharu.
Sejujurnya apa yang membuat
setiap orang selalu lelah padaku? Apa yang sedang mereka kejar? Apa yang ingin
mereka dapatkan?
Tapi mendengarnya berkata “Aku
selama ini terlalu fokus padamu, kau juga begitu. Fokus dengan rasa penasaranmu
soal seberapa kuat orang bertahan”
Ah. Aku menyadari sesuatu. Aku
yang membuat mereka mencari tahu tentang diriku, mengejar egoku.
-Lelah 2, Januari 2018-
Aku juga lelah sebenarnya.
Kebiasaan yang berbeda, karakter yang bersebrangan dan segala pengalaman dan
pemikiran yang jauh berlawanan. Bahkan sikapnya yang tidak toleran dan
menyebalkan...
Hm... sepertinya aku mengerti
sebagian perasaannya waktu dulu. Mengingatnya bilang “selama ini aku terlalu
fokus padamu”... Rasanya aku memang kejam ya. Mungkin sedikit.
-Sayang, Januari 2018-
Minggu lalu aku kalah challenge.
Hukumannya, aku harus memanggilnya sayang. Sulit sekali, karena terasa tabu dan
menggelikan. Kuro lagi lagi memarahiku, dia masih mengingatkanku soal hubungan
kami yang bukan siapa-siapa. Katanya : untuk apa memanggilnya sayang?
Hari ini Hasa marah besar sebab
aku terlalu kesulitan memanggilnya sayang. Menurutnya, kesulitanku adalah bukti
ketidakseriusanku. Menurutnya, kesulitanku adalah bentuk bahwa aku tidak
berkomitmen atas perjanjian (soal challange) yang ku buat. Kenapa dia
mebesar-besarkan masalahnya!? Padahal aku sedang berusaha. Bukankah segala hal
yang pertama selalu susah? Dia selalu membandingkanku dengan dirinya yang bisa
melakukan segala interaksi dengan mudah.
Tapi mungkin dia memang tidak
salah sepenuhnya. Mungkin dia benar, aku belum sepenungnya serius dan masih
ragu. Aku tidak tahu. Aku cuma perlu lebih membiasakan diri bukan?
-Ramah, Febuari 2018-
Hasa marah lagi, kali ini karena
menurutnya aku terlalu ramah, terutama pada rekan kerjaku. Hal buruknya, setiap Hasa marah, Kuro justru
lebih marah lagi. Kalau sudah begini aku cuma bisa menangis.
Hasa bilang, “Sifat ramahmu itu
membuat mereka berfikir ‘ada kesempatan’!”
Lalu Kuro bilang “Aku tahu kau
Lea! Seberapa ramah kau, dan sisi ramah mana yang memberikan kesempatan! Kau
jauh lebih tahu dirimu sendiri, kenapa dia harus merubah sifatmu?”
Kuro benar-benar tidak membantu.
Mungkin Hasa hanya cemburu, dan dia hanya ingin aku mengurangi sifat ramahku
itu agar orang tidak salah paham.
Tapi Kuro tak mau kalah.
“Lalu bagaimana dengan sifat
ramahnya pada setiap orang Lea? Dia lebih easygoing daripada kau. Apa dia boleh
membuat orang berfikir ‘ada kesempatan’?”
Aku tak bisa berkata apa apa
lagi.
-Analoginya, Febuari 2018-
“Perempuan itu, walaupun sudah
berkomitmen, bisa saja meninggalkan pasangannya hanya karena merasa lebih
nyaman dengan yang baru. Sedangkan laki laki, jika dia meninggalkan
pasangannya, berarti dia memang sudah merencanakan matang-matang dari awal. Dan
dia tidak menganggap serius pasangannya. Bukan karena tergoda”
Itu kesimpulan analogi Hasa
setelah ia bercerita soal mantannya. Aku tahu itu pengalamannya.
Tapi apa dia serius menyamakan
semua perempuan seperti itu!?
Lalu apa dia sudah merencanakan
dari awal......
-Cemburu, Febuari 2018-
Pertama
kali mengenalku, Hasa bertanya pendapatku soal poligami. Aku tahu itu hal yang (sepertinya) berat.
Makanya rewardnya surga. Aku tak peduli. Jika boleh ya berarti boleh.
Sekitar
7 bulan setelah berkomitmen, Hasa bertanya hal yang sama. Aku merasa setelah
sering mendengarkan soal mantannya, kupikir poligami memang hal yang berat.
Tentu saja masih boleh, tapi mungkin aku agak kesulitan melakukannya.
Tadi
sore ia menyanyakanku hal yang sama. Dia bertanya setelah menunjukan binar
matanya saat menceritakan mantan terbaiknya. Aku juga melihat dia mengenalkan
dan menganalisa kawan perempuan instagramnya (dia mengajariku soal mana wanita
yang cantik berkarakter, wanita yang manis, yang baik, yang cantik saja hingga
yang berbahaya).
Sekarang
pertanyaan itu rasanya ingin membuatku menangis. Aku tahu itu diperbolehkan,
tapi....entahlah... rasanya kesal sampai ingin menangis (mungkin efek dia
membanggakan hasil analisanya soal wanita)...yah Tapi poligami memang
diperbolehkan.
Kuro
memberi tahuku. Itu cemburu.
Dan
sejak awal Hasa memang sedang mengukur kadar cemburuku.
-Diandalkan,
Febuari 2018-
“Percaya
padaku Aley, aku senang ketika kau mengandalkanku” Pesan Hasa membuatku
berbunga-bunga. Padahal, aku hanya meminta sarannya mengenai pekerjaanku.
“Itu
saran yang kau sendiri sudah tahu, Lea. Dia lebih sering mengandalkanmu”
Akhir
akhir ini kuro mulai mengganggu kesenanganku. Dia lebih sering membantah dari
biasanya. Sekarang dia benar-benar anti-Hasa.
“Kau
bodoh, kalau kau kembali mempercayainya, Lea. Kau akan terluka lagi.”
Kuro tak
pernah sekeras itu, tapi setelah aku menangis, dia selalu bilang “Aku sayang
padamu, Lea.”
Aku
benar-benar bingung.
-Perdebatan,
Febuari 2018-
Lagi. Aku
berdebat dengan kuro. Menyebalkan. Dan tentu saja tentang Hasa. Kuro banyak
menyebutkan kekurangan Hasa. Katanya “Hasa itu pengatur, Hasa itu pemaksa, Hasa
itu semaunya, Hasa itu paling sombong, Hasa itu selalu merasa benar sendiri,
Hasa ini... Hasa itu....”
Aku
benar-benar kesal, sebab dia salah dan tidak salah.
Pada akhirnya, etah kenapa Kuro
justru mengatakan sesuatu yang amat menyedihkan
“Kita tahu Lea, suatu saat kau
harus memilih”
Apa maksudnya? Dia mengancamku
untuk memilih antara Kuro dan Hasa?
Ah.. akhir akhir ini aku terlalu
banyak menangis. Sialan.
***
Hening. Aku dan Kuro tak berbicara lagi. Sudah hampir tiga hari, kami saling mendiamkan diri.
Bagiku, tiga hari itu terlalu lama dan aku kesepian.
0 komentar:
Posting Komentar