Serpihan Satu


//Persimpangan Awal//

picture from www.hipwee.com


Ini pertama kalinya Aleya dan Kuro akan tinggal cukup lama di provinsi tetangga. Mereka mencari udara baru, suasana baru dan mood yang baru. Belakangan ini wajah Aleya selalu tampak murung dan suram, imbasnya ada pada Kuro. Dia mengeong lebih sering, menggeram lebih keras bahkan hingga mencakar cakar siapapun yang mendekatinya.

Tana : [Bagaimana tempat barunya? jangan patah hati terus]
Lina :  [yoo! cuci mata disana! banyak abang abang keren kan?]
Tana : [iya banget 😆 abang abang muda]
Yasa :  [Yaampun kalian -_-, tp gppa sekalian liburan, biar happy! fighting honey!]

Percakapan di grup mulai ramai setelah Aleya mengabari lokasi dirinya. Kepindahan (sementara) Aleya selalu saja dikaitkan dengan kondisi patah hati, hanya karena dua bulan lalu dia baru saja menanggalkan status hubungannya : Putus.

Dibandingkan 'patah hati', 'mematahkan hati' mungkin adalah kata yang lebih tepat. Sebab, bukan itu yang membuat Aleya menjadi semakin pendiam. Bagi Aleya, ini adalah masa 'graduation blues' ketika dia merasa takut, khawatir dan tak percaya akan masa depan dan impiannya. Bagi Aleya pun, ini adalah masa 'kebosanan' ketika menjadi pengangguran terasa seperti neraka, kekosongan terasa seperti penjara, bahkan secuil ocehan tentang kehidupan pun terdengar seperti gaung singa. Bising dan membuat depresi.
Saat ini, Aleya mentransformasi setiap masalahnya menjadi gumpalan ketakutan terbesar dalam hidup. Dia takut hidupnya hanya akan berputar pada poros yang sama, ber-ulang-ulang dan berjalan dengan biasa.

"Kau terlalu serius memikirkannya! Hang loose!"

Gumam Kuro ketika mendapati Aleya melamun lagi saat masa pengenalan asrama.

Ya. Kali ini Aleya mencoba menghibur diri dengan mengikuti kegiatan summer camp di bagian lain di Pulau Jawa.

"Kau tau? Aku merasa kau akan menemukan sesuatu yang hebat disini" kata Kuro lagi. Instingnya, berusaha menguapkan sisi suram Aleya.

Aleya hanya menatap Kuro dengan kosong dan biasa : antara yakin dan tidak. Aleya sudah menganggap hidupnya terlalu biasa, makanya dia tak akan begitu mengira bahwa sesuatu yang luar biasa bisa saja terjadi dalam hidupnya. Satu-satunya hal paling luar biasa yang ia tahu hanyalah keberadaan Kuro. Kucing hitam kesayangannya.

0 komentar: