Serpihan Lima

//Pecah//



Kegiatan summer camp  tinggal satu minggu lagi. Satu bulan memang terasa begitu singkat, terutama bagi orang orang yang terjangkit drama cinta lokasi yang masih dan selalu menjadi perbincangan hangat di asrama. Sedangkan Aleya masih tidak merasakan apapun selain moodnya sedikit membaik karena suasana yang berbeda. Sekembalinya dia ke kota asalnya, dia tetap tak tahu harus berbuat apa.

"Eh Aleya! sebelum ke kelas mampir dulu ke mini market, oke?"
Yura memberi isyarat pada Aleya sambil mengayuh sepedanya. Dia menunjuk sebuah mini market sederhana di sebelah kanan jalan.

"oh oke" jawab Aleya menyatukan ujung jari telunjuk dan jempolnya hingga melingkar.

Akhirnya, mereka berdua bersama dengan Kuro,  mampir sejenak untuk membeli camilan di mini market itu.

"kamu gak beli tissue Ley?" Yura sudah hafal sekali daftar belanjaan Aleya sebab yang dibeli selalu sama setiap minggunya. Tapi kali ini, dia tidak mendapati Aleya membeli tissue, padahal satu minggu sebelumnya Aleya rutin membeli tissue. Insting FBI nya terpicu.

"Tumben, Ley, padahal minggu kemarin rajin beli"

"eh? kamu perlu tissue? oke deh aku beli" Aleya salah menanggapi, dia pikir Yura sedang memberi kode atau semacamnya.

"ooh, kamu beli tissue kalau ada orang lain yang perlu toh"
Seringai nakal muncul di wajah Yura.

"ya.. aku kan jarang pake tissue"
jawab Aleya datar sambil membayar di kasir.

"oooh~ berarti, minggu lalu kamu beli tissue cuma karena Hasa sering minta?" kata Yura masih dengan senyumannya, dan kali ini senyuman itu menular pada Kuro. Mereka berdua menyeringai jahil kepada Aleya.

"minggu lalu aku beli tissue karena kamu sering menumpahkan air di kamar, Yura. Kamu gak ingat?" Aleya asal bicara, tapi memang selama kegiatan summer camp berlangsung Aleya selalu mengurusi segala macam hal soal Yura, begitu juga sebaliknya. Mereka saling memerhatikan satu sama lain. Sepertinya Yura akan jadi teman Aleya untuk waktu yang lama.

"oh iya ya? hehe maaf." gumam Yura.

"gak masalah"

"eh tapi serius loh. Beberapa anak cowo nganggap kamu lumayan menarik loh, kayanya si Hasa juga" 

"ya. aku tau."

"woah! aku baru tau kalau kau narsis juga ya!"

"Tapi kurasa mereka cuma terbawa suasana saja. Setelah program ini selesai, rasa penasaran mereka juga akan selesai, jadi biarkan saja"

"Iya, masuk akal sih" sahut Yura setuju.

Tapi tidak bagi Kuro, dia ingin Aleya bisa segera membuka perasaannya.

"Tapi kali aja memang ada yang serius kan!" gumal Kuro pada Aleya.

"Bisa jadi. tapi tidak padaku"


***

Diam-diam, Aleya penasaran dengan yang diucapkan Yura. Karena itu, Aleya bereksperimen dengan dirinya sendiri. Aleya sengaja berpindah dari tempat duduk biasanya. Sebenarnya tak ada pengatuan tempat duduk yang baku di kegiatan itu, hanya saja ini Aleya. Jika dia sudah duduk di satu tempat, maka seterusnya akan begitu, kecuali kalau ada seseorang yang memintanya untuk pindah.

Aleya memilih duduk di dekat jendela. Alasannya hanya dua : Pertama, tempat duduk ini adalah tempat duduk paling jauh dari Hasa. Kedua, dia ingin suasana baru dan dia suka jendela.

"wah,  Aleya pindah tempat? kita jadi dekat dong" 

Kali ini Adi mengomentari. Mada sedikit menggeser tempat duduknya kearah jendela.

Aleya tersenyum biasa. Kelas pun berjalan seperti biasa. Bagi Aleya, akhirnya kelas kali ini berlangsung begitu tenang dan menentramkan, meskipun ada Hasa. Ternyata Hasa hanya mengganggu orang-orang di sekitar tempat duduknya. Mungkin jangkauan radius 2 meter darinya. 

Fyuh. Aleya menghembus nafas lega, sedangkan Kuro amat kecewa. Kuro sangat ingin membuktikan bahwa Aleya itu bisa mendapatkan apa saja yang terbaik didunia. Termasuk orang yang bisa membuka perasaannya lengkap dengan kebahagiaan didalamnya.

"Sudahlah Kuro, memangnya dia mahluk terbaik di dunia? Kita bahkan tak tahu kehidupannya" Aleya sangat bisa menebak isi pikiran Kuro.

"Tapi Lea.. setidaknya disi---" 

Belum selesai Kuro bicara, tiba tiba terdengar sebuah suara Baritone menggelegar.

"aaaah!! aku ga bisa jawab nih kalau gak ada Aleya" kata Hasa, suaranya yang lantang nyaris terdengar ke seluruh ruangan. Dia menarik bangkunya, dengan entengnya berpindah tepat ke samping Aleya. Sedetik kemudian kelas mulai ramai menyoraki.

'eh. sialan.' umpatan itu nyaris meluncur keluar mulut Aleya. Beruntung, filter emosi Aleya begitu canggih. Aleya cuma tersenyum canggung, mau tidak mau dia membiarkan Hasa menyalin lembar portfolionya.

"Kaaan. Dia ada modus. hati hati loh!" Yura berbisik pada Aleya setelah sendirinya ikut bersorak 'calon pasangan baru nih'

Beruntung, diamnya Aleya bisa meredam suasana. Hanya saja bukan Hasa namanya kalau dia membiarkan Aleya diam. Saat pemeriksaan jawaban portfolio, Hasa lagi lagi membuat keributan, terlebih lagi dengan suaranya yang serupa toa.

"yaaah, aku contek Aleya tapi jawabannya tidak memuaskan, yang benar dong jawabnya Aley" sahutnya dengan intonasi bercanda.

"makanya jangan nyontek, dong" instruktur kegiatan summer camp justru menimpalinya bercanda.


"Haha rasain lo! makanya belajar, jangan ngemodus doang" Sebagian orang dikelas tertawa mengejek Hasa. Wajah Aleya sudah memerah sempurna. Dia membuang mukanya ke arah jendela demi membuang rasa kesalnya. 

'Memalukan sekali kalau dekat orang yang jadi pusat perhatian.' Begitu pikir Aleya.

"bukannya bagus?" Kuro balik membaca pikiran Aleya dengan jelas. Aleya menggelengkan kepala : darimana bagusnya?

"Minggu pertama, nyaris tak ada yang mengenalmu di kelas loh! Sekarang bahkan kamu dikenal pengajar di kelas ini. He gives the butterfly effect! Bisa jadi kan dengan begitu teman-teman yang lainnya jadi lebih ingat kamu, dan kau masih punya teman jika program  ini selesai" kata Kuro sok pintar, meski tidak ada salahnya juga. Sebab selama ini, diamnya Aleya lah yang cenderung memutus koneksi pertemanannya sendiri.

 Tapi kali ini Aleya sedang dalam masa sensitif, dia tidak bisa mentolerir sikap Kuro.

"Bodoh, yang namanya teman akan tetap jadi teman dalam kondisi apapun. Termasuk jika berakhir kegiatan."

"Tapi Hasa..."

"Hasa cuma terlalu ribut, jadi mudah berteman"

"Dan kau terlalu diam. Percaya deh! dia bisa membantumu di banyak hal"
Kali ini Kuro tak mau kalah.

"dia selalu bersikap seenaknya kuro, itu tidak baik"

"sekarang kau mulai menjudge kebaikan orang?"

"ya ampun, maumu apa sih kuro?"

"aku mau kau tidak menutup diri!"

"aku tidak menutup diri, Kuro. aku hanya tidak mau berurusan dengan hal yang merepotkan"

"tapi dia menyenangkan"

"kenapa kau selalu membela dia sih!? aku kan sudah berteman dengannya, jadi tidak ada masalah kan?"

"tidak. tak satu orang pun dikelas ini yang benar benar kamu anggap teman bukan?" 
Kuro menatap tajam kearah Aleya. 

"kau berlebihan, Kuro! Aku tidak begitu."
Aleya mengeluarkan Kuro dari tasnya, lalu membuatnya keluar kelas lewat jendela. 

"Diam disana! jangan coba menginterupsi pikiranku lagi"

Ini pertama kalinya Aleya kesal luar biasa pada Kuro, hal yang paling disayanginya. Kali ini Kuro bertingkah sebaliknya. Padahal sebelumnya, Kuro tak pernah memaksa Aleya untuk bersosialisasi atau semacamnya. Cukup mereka berdua, orang lain tak ada urusan.

0 komentar: