Serpihan Empat

//Waspada//


Yura begitu heboh setelah mengetahui gosip soal munculnya pasangan-pasangan cinta lokasi di asrama summer camp. Dia selalu terpicu untuk mengikuti berita-berita terkini seputar summer camp  angkatan mereka. Lalu dia akan mulai bertingkah bak agen FBI yang sedang menyelidiki kejadian perkara dan mulai menduga duga siapa korban pasangan selanjutnya.


Entah karena Yura yang menjadi host nya, atau karena tempat itu memang asrama wanita yang notabene berisi pecinta gosip, Berita yang menyebar disana begitu renyah, lancar dan sempurna. Padahal kegiatan summer camp baru berjalan 2 minggu, tapi sudah banyak drama cinta yang dijadikan headline  pembicaraan. 

"wah, udah ada yang jadian nih yah" selidik Yura sambil bercanda.

"belum, sebentar lagi kalii" Rani senyum senyum menatap Lia.

"ciee...anak kelas sebelah ya? tapi bagus deh. Di kelas kita cowonya hampir genit semua" Restu menanggapi.

"Masa? padahal banyak yang pendiam tuh" Yura kembali menyelidik.

"wahhh, tapi diluar kelas aktif tuh" Lia kali ini ikut bicara.

"Iya. apalagi si Hasa aktif genit banget tuh!" sahut Restu dan semua mengangguk setuju.

"Kadang aku ngerasa mereka sedang bertaruh soal siapa yang dapat pacar duluan loh.." Yura dan Rani mulai berasumsi. Restu setuju. Lia tak begitu peduli (dia kan sudah ada yang mendekati) dan Aleya hanya asyik mendengarkan sambil makan.

"Bisa jadi. makanya mereka sering flirting. Sudah kuduga, summer camp  ini memang sering jadi ajang cari jodoh ya!" Abi, baru saja gabung namun sudah sejak tadi mendengarkan. Abi memang tidak sekelas dengan Aleya, tapi dia kenal hampir seluruh murid di semua kelas. Satu lagi tipe sosialis.

"kamu hati hati loh Aleya." sahut Restu, dia juga seorang yang sosialis.

"hah? kenapa?" 

"kau tau kan di kelas Hasa sering mengganggumu. Modus itu. Jangan jangan dia cuma penasaran mau deketin kamu! kudengar dia sudah punya pacar. Tapi ga tau deh" tegas Restu, dan Rani menimpali.

"bener! kamu harus hati hati"

Aleya mengangguk khidmat. Sebenarnya, bagi Aleya memang menarik untuk mendengarkan perbincangan kaum hawa. Tapi dia tak begitu sering menanggapi, mengingat dia tak begitu peduli sekaligus tak begitu ahli dalam menyikapi gosip sosial seperti itu. Aleya selalu memilih garis netral, selama itu tak mengganggu jalan hidupnya.

Hanya saja, mendengar nama Hasa tadi perasaan Aleya sedikit mengkerut. Baginya, laki-laki memang selalu "sama saja" dan berurusan dengan laki-laki pun akan berakhir "sama saja" seperti yang sudah ia duga.

***

Pukul sebelas malam, dan Kuro masih belum bisa tidur. Dia mondar mandir dan berputar putar di sekitar tempat tidur Aleya. Dia sengaja membuat Aleya tetap terjaga. Usai bergosip dengan kawan-kawannya Aleya yang pendiam justru lebih diam dari biasanya. Pikirannya mulai berputar keras menganalisa soal hubungan cinta antara perempuan dan laki-laki. 

Dia bahkan sudah pernah punya pacar, tapi kata "cinta" masih terasa mitos baginya.

"Leeaaa! Kau serius soal tak mau punya pasangan lagi?" Kuro mulai menggosok gosokkan kepalanya ke pipi Aleya agar dia membuka matanya. Dia tahu Aleya tidak sedang tertidur.

"Kenapa kau membahasnya lagi sih? Sudah kubilang pasanganku itu kamu." Aleya berbalik posisi menyamping, menghindari Kuro. Sedangkan Kuro loncat menaiki kepala Aleya.

"Gak bisa begitu dong, bodoh"

"Bisa saja. Kalau perlu... aku menikah denganmu saja" jawab Aleya semaunya.

"Kau gila!? Aku ingin kau mengalami hal normal layaknya manusia! berteman dengan normal, jatuh cinta dengan normal, dan menikah dengan normal!"
Kuro berteriak setengah berbisik, dia takut membangunkan Yura.

Aleya menarik Kuro ke pelukannya, lalu mengelus leher juga kepalanya agar dia bisa diam dan ikut tertidur. 

"Hidupku normal, Kuro. Sangat normal dan baik baik saja"

"Tidak! kau masih bergantung padaku!"

"Tak ada salahnya kan? kau teman hidupku."

"Cari teman lain!"

"Aku sudah punya banyak, bodoh"

"Bukan begitu.. maksudku.."

"Sudahlah, ayo tidur."

Akhirnya mereka tertidur, tanpa mengambil kesimpulan. Urusan perasaan, Aleya selalu memilih diam, dia tidak mau menentukan sesuatu yang dia sendiri tak tahu pasti. Sedangkan perasaan kuro selalu logis, dia selalu ingin melakukan yang terbaik untuk Aleya, dia bahkan akan mempertaruhkan apapun untuk melindungi perasaan Aleya.

0 komentar: