Serpihan Sembilan

//Pulang//

"ting"

"ting"

"ting"

Bunyi ponsel Aleya tidak pernah berhenti selama perjalanan pulang. Notifikasi Line nya di banjiri ucapan perpisahan dari grup asrama. Aleya tahu, di bulan pertama grup ini akan ramai dengan ucapan kangen-kangenan. Di bulan kedua, grup iniakan ramai oleh rencana meet up. Lalu tiga bulan kedepan grup ini pasti akan mulai sepi. Karena itu Aleya tak banyak mengomentari. Tapi, sebenarnya ada juga chatroom lain yang lebih menarik perhatian Aleya.

Hasa : [Aleya mintain foto foto yang ada di ponsel Yura dong]

Hasa : [Bilang ke Yura jangan pelit]

Hasa : [😤 😳 A leya?]

Hasa : [ping?]

Aleya tertawa tanpa alasan. Lalu menunjukkan chatnya pada Yura.

"Ah males. Fotonya banyaak Aleya."

Aleya : [kata Yura ngga mau, fotonya terlalu banyak]

Hasa : [Ih kan pelit! Bilangin ke Yura, kalau pelit nanti kena sial loh]

Kali ini Aleya berpindah tempat duduk ke samping Yura agar bisa langsung memyampaikan pesan Hasa.

"pokonya ngga mau, kenapa ngga di bluetooth aja waktu dulu coba?"  

"yasudah bluetooth ke hp ku aja, nanti aku yang kirim."

Yura mengernyitkan keningnya. Dia memandang Aleya dengan tatapan penuh tanda tanya.

"kamu kok jadi baik sih, hati hati looh" 

"ya ampun Yura. Kasihan dia, mau kenang kenangan. lagian kan aku juga belum punya foto foto kelas itu, jadi sekalian saja buatku"

"bukannya memorimu penuh?"
Insting penasaran Yura memang tidak pernah padam.

"sudah ku kosongkan"

"oke deh"

Akhirnya Yura mengalah. Bagaimanapun juga, wajah datar Aleya selalu bisa meyakinkan siapa saja.

Aleya : [mengirim 278 foto]

Hasa : [makaasiiiihh]

Hasa : [eh, kamu kapan pulang?]

Aleya : [ini sudah dikereta]

Hasa : [yaaah.  tau gitu aku pesen tiket kereta hati ini]

Hasa : [eh hari ini]

Aleya : [hahaha 😏]

Bahkan sampai sekarangpun Hasa masih selalu menggoda Aleya. Tapi ini terakhir kalinya.

"kamu pasti kangen padanya" ujar Kuro, dia menyembulkan kepalanya dari tas selempang Aleya, lalu meronta meminta dikeluarkan. Aleya menuruti permintaannya dan membuatnya duduk dipangkuannya.

"iya bisa jadi. kamu memang benar, dia orang yang menyenangkan"

"bukan itu maksudku, bodoh" Kuro mendengus pelan.

"Hei. kau ngga penasaran padanya?" 
Lagi lagi kuro bertanya, kali ini dia menatap Aleya penuh provokasi. Aleya tahu maksudnya.

"Kau ingin aku melakukan apa? Mau coba menginterupsiku lagi?"

"Kesepakatannya kan sudah usai..hehe. Aku penasaran dengannya"

Aleya memutar bola matanya. Ia selalu paham apa yang dipikirkan Kuro dan itu cukup menyebalkan. 

Saat Yura terlelap di kereta perjalanan pulang, malam itu, Aleya dan Kuro terjaga. Mereka mencari tahu soal Hasa. Postingan, tulisan hingga foto fotonya Aleya telusuri hingga khatam. Meskipun terlambat, dia juga ingin banyak mengenal Hasa.

Sayang sekali, sejak saat itu Aleya tahu, dunia mereka sangat berbeda. Jika Aleya adalah tipikal orang yang menghindari masalah, Hasa justru pembuat masalah. Jika Hasa adalah orang yang berani, Aleya justru seorang penakut. Jika Aleya selalu mengambil jalan tengah, Hasa justru selalu memilih satu pendirian.

Bagi Aleya, mengenal Hasa selama di summer camp sudah cukup. Kali ini Kuro setuju, dan dia tak lagi berusaha menginterupsi. 

0 komentar: