Serpihan Dua

//Perkenalan//
picture from : www.quora.com
Pagi itu kegiatan summer camp dimulai. Lea masih suram, tapi dia tetap mengamati sekitarnya, pikirnya mungkin saja ada hal yang menarik di kelasnya. Seorang pengajar jangkung dan tampan mengawali kelas dengan sesi perkenalan. Setiap orang dititah untuk menyebutkan nama, asal universitas dan alasan mereka mengikuti kegiatan summer camp itu. Disinilah mereka akan saling mengeksekusi kesan pertama yang didapatkan satu sama lainnya.

"Aku Aleya dari universitas A. Emm.. aku ikut kelas ini untuk latihan mengahadapi tes beasiswa." Perkenalan Aleya dusta, karena satu satunya alasan Aleya ada disini adalah untuk lari dari rasa takutnya sendiri. Dia perlu pemulihan mental, dan menurut Kuro, suasana yang baru bisa membantunya. Dan tak ada usulan Kuro yang tak pernah di dengar Aleya.

"lho? aku juga univ A. Kok gak pernah lihat ya?"
Seorang pemuda gempal di depan Aleya mengimpali perkenalannya.

'Kamu pikir kamu kenal seluruh mahasiswa di universitas!?' timpal Kuro dan Aleya berbarengan dalam hati.

Tapi demi kebaikan sosialisasi umat manusia, Aleya akhirnya sedikit berbincang dengannya.
"Mungkin karna beda fakultas" jawab Aleya ramah, seperti biasa.

"Iya, Iya, Aku dari Fakultas Politik! Kamu?" Dia malah lanjut bertanya.

"Fakultas Pendidikan" lagi-lagi Aleya tersenyum biasa. 

"Whoah! Fakultasnya para nerd ya.. hahaha"

Aleya mulai mengernyit sebal padanya. Pemuda itu banyak menghina sambil bercanda. Tipe sosialis yang mudah sekali akrab dengan siapa saja. Karena dia begitu ceria dan menyenangkan, tak pernah ada yang keberatan dengan candaannya. Kecuali Aleya. Pemuda itu mengenalkan dirinya dengan nama Hasa, dia satu tingkat lebih senior dari Aleya.

Dalam pikirannya, Aleya menambah folder "teman baru" dan mulai mengingat nama nama orang dikelasnya. Segera setelah itu, Aleya juga menambahkan folder "Kenalan". Dia tahu, seiring berjalannya waktu nama nama itu akan berpindah tempat dengan sendirinya. Bahkan mungkin akan ada yang terhapus dari ingatannya. Hanya sedikit orang yang Aleya kenal akan benar-benar menjadi temannya. Untuk Aleya sangat mudah mengkategorikan orang-orang yang bersinggungan dalam hidupnya.

Ditengah-tengah kegiatan perkenalan, Kuro mulai menyembulkan kepalanya dari tas selempang Aleya. Dia yang tadinya duduk tenang di pangkuan Aleya, mulai berpindah posisi sambil cermat mengamati orang orang disekitar Aleya. Matanya sudah seperti sensor pendeteksi identitas yang menilai siapa saja untuk bisa menjadi teman baik Aleya.

"hei Lea, apa kau ingat ucapan tante Aneu?"

"yang mana?" bisik Aleya padanya.

"saat pertama bertemu seseorang, adakalanya kau bisa merasakan... ketika orang itu akan menjadi bagian terpenting hidupmu"

"Ohh. Ya aku ingat. Tapi aku tak percaya itu."

"Bodohnya. Kau benar benar tidak peka."

"Memangnya kenapa?"

"Apa kau percaya, kalau aku bilang aku merasa seperti itu? Aku merasa di tempat ini akan ada seseorang yang penting buatmu. Ah, itu dia" 

Kuro menengadahkan kepalanya, menunjuk kearah seseorang yang sedang berdiri diambang pintu. Orang itu masuk kelas sehabis izin dari toilet.

"hah..yang benar saja. Aku tak percaya itu, Kuro"

Aleya memasukan kuro ke dalam tas selempangnya agar bisa kembali berkonsentrasi di kelas summer camp nya.

Sementara dari depan kelas, si pengajar tampan protes pada pemuda diambang pintu.
"Lama sekali dari toiletnya Hasa! Ngopi dulu ya?"



0 komentar: