Serpihan Delapan

//Lenggang//

Kesepakatan Aleya dan Kuro sangatlah sederhana. Tapi, Aleya cukup merasa lelah karenanya. Aleya sepakat bahwa bahwa Kuro tak akan lagi menginterupsi ataupun ikut campur masalah sosialnya lagi, dengan syarat Aleya tidak boleh menolak ajakan ataupun permintaan teman teman (baru)nya, siapapun, termasuk Hasa.

Karena itulah, ketika Restu membawanya ke kafe baru untuk bertemu kenalannya, Ia tak menolak. Ketika Fitri meminta Aleya ke toko buku hingga malam, Aleya ikut. Bahkan ketika Cici mengajaknya bersepeda ke kota sebelah pun Aleya ikut.

Bagi Aleya memang melelahkan, tapi juga berkesan. Sayang sekali, Aleya terhitung lambat untuk sekedar mendapatkan 'kesan'. Sebentar lagi Ia harus kembali pulang.

"Aleya, kamu ikut ga?" Bisik Yura ketika seorang pemuda berkulit sawo sedang mengumumkan acara perpisahan summer camp.

"iya, memangnya kenapa ngga?"

"ini kan bukan bagian program asrama. Katanya ini inisiatif anak anak cowok"

"oh..bagus dong, kreatif tuh cowok"

"yasudah, kalau kamu ikut, aku juga deh, mba emi gimana?" Yura menoleh ke belakangnya. Kini Yura, Emi dan Aleya menjadi dekat.

"ikut dong. kayanya seru"

"HEII! Aleya kamu ikut ya! patungannya ke Zaki tuh, atau mau aku bayarin? hahaha"

Lama lama, suara toa Hasa sudah tidak lagi mengagetkan Aleya. Bahkan dia sudah terbiasa dengan segala candaan dan celetukannya Hasa. Aleya bukannya tidak pernah protes pada Hasa, tapi Hasa sendiri sudah mengatakannya dengan jelas :

"Aleya gampang dibully sih jadi seru hahaha

Aleya hanya bisa mendengus sambil memutar bola matanya.

"Aley, cantik ya kalau lagi diem" celetukan Hasa kembali terlontar. Hanya saja kali ini suaranya tak sekeras toa.

"Itu pujian?" Aleya mendelik.

"hehe"
Tanpa mengatakan apa apa, dia kembali duduk biasa ditempatnya.

Ketika sudah terbiasa, belakangan ini Hasa justru tidak begitu menganggu Aleya.
Aura perpisahan sepertinya sudah lekat dengan setiap orang disana, tidak terkecuali Hasa. 

Ketika Aleya baru tahu caranya mendapatkan kesan. Setiap orang disekitarnya sudah menanggalkan kesan itu dan merubahnya menjadi kenangan. Aleya selalu begitu terlambat.

***
Acara malam perpisahan nyaris batal karena hujan. Sementara Aleya justru malah bersemangat karenanya. Bagi Aleya hujan itu pemanis suasana.

Beruntung, acara itu tetap terlaksana dengan lucu dan haru. Aleya tak bisa menahan tawa dan rasa kasihan saat pemuda berkulit sawo mencoba menampilkan bakat bercandanya.

"Duh garing. candaannya masih mending candaan sundanya Hasa" komentar Emi, padahal dia sendiri tak paham bahasa sunda. Tapi kali ini Aleya setuju dengannya. Yura juga. Bahkan Kuro juga.

"oh mba Aleya makasih ya udah datang" Mada sudah berada di depan pintu aula ketika acara usai.

"seru kok, hebat panitianya"

"mba Aleya pulang kapan?"

"aku pesan tiket kereta tanggal 9"

"yahh sebentar lagi aku ditinggal"

"oh ya jangan lupa di bawa pulang ya mba"

"apa?"

"salamku buat orang tua mba Aleya"

Aleya tersedak udara. Dia tertawa lebih kering dari biasanya. Sedangkan Yura menunjukan cengir kuda nya sambil menahan tawa.

Usai acara perpisahan, Aleya berdiam sejenak di depan aula. Sambil menunggu hujan reda, Aleya menunggu hal lainnya juga.

"Aleya!! gimana tadi? Puisi ku oke kan?"
Suara Hasa. Aleya menoleh ke belakang, tersenyum sangat tipis.

"aku pernah baca  puisinya disitus humor kok, dasar plagiat"
kali ini Aleya sudah berani mengejek Hasa.

"yah..haha tapi tetep seru kan"

Aleya mengangguk.

"lumayan lah"

"...."

Mereka kehabisan topik seperti halnya kehabisan waktu.

"hujannya reda, Yura ke asrama yuk."  Aleya menarik tangan Yura, bersiap membawa sepedanya.

"duluan ya" 

ucap Aleya pada Hasa sebagai kalimat perpisahan.

0 komentar: