Prolog : Cerita Cinta

Hmh. Bicara soal cinta. Kebanyakan prolog selalu mengawalinya dengan sebuah pertanyaan standar yang klasik :

"Apa itu Cinta?"

Pertanyaan yang terdengar dramatis untuk orang-orang yang belum paham Cinta, tapi terdengar sarkastik dan melankolis untuk orang yang pernah hancur oleh Cinta. Lucu bukan?
Tapi untuk yang sedang merasakannya, mungkin itu satu-satunya pertanyaan realistis yang sulit sekali dijawab secara logis.

Baiklah..sebab aku sedang jatuh cinta, ku beri tahu sesuatu: Cinta itu Konspirasi Pembodohan.  Jatuh cinta membuatmu nyaris mengesampingkan sisi rasional dalam hidupmu. Karena cinta, kau bisa saja mendadak lupa dengan pelajaran matematika. Karena cinta, kau bisa saja berlelah lelah melakukan perjalanan jauh. Karena cinta, kau bisa saja melakukan hal hal gila di luar kebiasaanmu. Karena cinta, kau bisa saja memberhentikan seluruh agenda meeting dan pekerjaan. Karena cinta....tunggu dulu.

Tapi sebenarnya cinta tidak seburuk itu. Hmm.. mungkin jatuh cinta itu seperti sedang membangun sebuah istana lain di dimensi kedua kehidupanmu.

Kau tidak percaya?

Tak apa. toh sudah kubilang, pertanyaan itu sulit sekali dijawab secara logis.

Karena itu, daripada berusaha menjawabnya, aku ingin menceritakannya saja. Setidaknya dengan begitu, anak cucu ku bisa tahu bahwa aku... manusia normal yang seharusnya.

Cerita cintaku bermula dari segumpal "sosok teristimewa"
Well..Berdasarkan definisiku, sosok teristimewa adalah sesosok mahluk hidup yang menduduki tahta paling istimewa diantara yang istimewa. Aku yakin semua orang pasti menemukan masing-masing sosok teristimewanya.

Keluargaku dan sahabatku (yang juga kuanggap keluargaku) tentu saja istimewa. Tapi jelas, aku mencintai mereka dengan "massa jenis" yang sama. Dalam hidupku, sosok teristimewa itu, justru menjadi mitos yang pada akhirnya aku ciptakan sendiri keberadaannya. Dan dia bukan sosok teristimewa yang sebenarnya, itu baru permulaan saja.

***

Aleya mulai khidmat menggenggam ponselnya, kembali asyik dan tenggelam dalam kesenangan virtual yang ditawarkan  kehidupan maya. Tapi, kali ini Kuro menemukan sesuatu hal yang berbeda.


"Leaaa! Kau sedang chat dengan siapa?" 
Pertanyaan retorikal untuk menggoda. Karena bagaimanapun juga, Kuro paling tahu soal Aleya.

"Jangan ganggu Kuro"
Aleya memutar bola mata sambil mendorong Kuro dari sofa. Aleya tahu Kuro cuma menggoda.

"Whoah! pertama kalinya Lea mengabaikanku!" Kuro menggerung manja, pura pura merajuk. Lalu sedetik kemudian Aleya menarik Kuro ke pangkuannya, bukan karena terbujuk geraman manjanya. Tapi..

"Hei. Kuro apa menurutmu belakangan ini aku terlalu cerewet padanya? Bagaimana kalau dia tidak suka?" Aleya menunjukan isi percakapannya dengan seseorang melalui sosial media.

Kuro, si kucing hitam itu seketika loncat dari pangkuannya. Dia berjalan beberapa meter, menjauh dari majikan sekaligus teman hidupnya itu lalu terduduk angkuh ala kucing raja.

"Tentu saja. Dia pasti bosan mendengar ceritamu. Atau.. mungkin dia akan merasa asing karena perubahan sikapmu" jawabnya sambil tertawa. Kuro busungkan dadanya seolah dia kucing terbijak yang pernah ada di dunia.

"Bodoh!" Aleya melempar bantal kecil kearahnya. Sekarang, Aleya menjadi khawatir setengah mati.

Kuro merasa puas sekali kalau sudah membuat temannya kesal seperti itu. Dia kemudian mendekati Aleya, mengusap usapkan kepalanya pada tangan Aleya.

"Hehe. Tak usah khawatir. Percaya saja padanya. Kau tahu kan? Sejak pertama, aku bahkan sudah percaya padanya."

Aleya memeluk kuro, di pangkuan Aleya, kuro mendekur pelan, dia senang bisa mendengar irama degup jantung Aleya saat ini.

0 komentar: