Kepingan 92

//DIARY ALEYA 1//

-Lelah, Januari 2018-

Barusan dia mengatakan, “Aku memang kelelahan ketika harus mengimbangimu. Tapi ternyata aku lebih kelelahan tanpamu” Aku terharu.
Sejujurnya apa yang membuat setiap orang selalu lelah padaku? Apa yang sedang mereka kejar? Apa yang ingin mereka dapatkan?
Tapi mendengarnya berkata “Aku selama ini terlalu fokus padamu, kau juga begitu. Fokus dengan rasa penasaranmu soal seberapa kuat orang bertahan”
Ah. Aku menyadari sesuatu. Aku yang membuat mereka mencari tahu tentang diriku, mengejar egoku.

-Lelah 2, Januari 2018-
Aku juga lelah sebenarnya. Kebiasaan yang berbeda, karakter yang bersebrangan dan segala pengalaman dan pemikiran yang jauh berlawanan. Bahkan sikapnya yang tidak toleran dan menyebalkan...
Hm... sepertinya aku mengerti sebagian perasaannya waktu dulu. Mengingatnya bilang “selama ini aku terlalu fokus padamu”... Rasanya aku memang kejam ya. Mungkin sedikit.
-Sayang, Januari 2018-
Minggu lalu aku kalah challenge. Hukumannya, aku harus memanggilnya sayang. Sulit sekali, karena terasa tabu dan menggelikan. Kuro lagi lagi memarahiku, dia masih mengingatkanku soal hubungan kami yang bukan siapa-siapa. Katanya : untuk apa memanggilnya sayang?
Hari ini Hasa marah besar sebab aku terlalu kesulitan memanggilnya sayang. Menurutnya, kesulitanku adalah bukti ketidakseriusanku. Menurutnya, kesulitanku adalah bentuk bahwa aku tidak berkomitmen atas perjanjian (soal  challange) yang ku buat. Kenapa dia mebesar-besarkan masalahnya!? Padahal aku sedang berusaha. Bukankah segala hal yang pertama selalu susah? Dia selalu membandingkanku dengan dirinya yang bisa melakukan segala interaksi dengan mudah.
Tapi mungkin dia memang tidak salah sepenuhnya. Mungkin dia benar, aku belum sepenungnya serius dan masih ragu. Aku tidak tahu. Aku cuma perlu lebih membiasakan diri bukan?
-Ramah, Febuari 2018-
Hasa marah lagi, kali ini karena menurutnya aku terlalu ramah, terutama pada rekan kerjaku.  Hal buruknya, setiap Hasa marah, Kuro justru lebih marah lagi. Kalau sudah begini aku cuma bisa menangis.
Hasa bilang, “Sifat ramahmu itu membuat mereka berfikir ‘ada kesempatan’!”
Lalu Kuro bilang “Aku tahu kau Lea! Seberapa ramah kau, dan sisi ramah mana yang memberikan kesempatan! Kau jauh lebih tahu dirimu sendiri, kenapa dia harus merubah sifatmu?”
Kuro benar-benar tidak membantu. Mungkin Hasa hanya cemburu, dan dia hanya ingin aku mengurangi sifat ramahku itu agar orang tidak salah paham.
Tapi Kuro tak mau kalah.
“Lalu bagaimana dengan sifat ramahnya pada setiap orang Lea? Dia lebih easygoing daripada kau. Apa dia boleh membuat orang berfikir ‘ada kesempatan’?”
Aku tak bisa berkata apa apa lagi.

-Analoginya, Febuari 2018-
“Perempuan itu, walaupun sudah berkomitmen, bisa saja meninggalkan pasangannya hanya karena merasa lebih nyaman dengan yang baru. Sedangkan laki laki, jika dia meninggalkan pasangannya, berarti dia memang sudah merencanakan matang-matang dari awal. Dan dia tidak menganggap serius pasangannya. Bukan karena tergoda”
Itu kesimpulan analogi Hasa setelah ia bercerita soal mantannya. Aku tahu itu pengalamannya.
Tapi apa dia serius menyamakan semua perempuan seperti itu!?
Lalu apa dia sudah merencanakan dari awal......  

 -Cemburu, Febuari 2018-
Pertama kali mengenalku, Hasa bertanya pendapatku soal poligami.  Aku tahu itu hal yang (sepertinya) berat. Makanya rewardnya surga. Aku tak peduli. Jika boleh ya berarti boleh.
Sekitar 7 bulan setelah berkomitmen, Hasa bertanya hal yang sama. Aku merasa setelah sering mendengarkan soal mantannya, kupikir poligami memang hal yang berat. Tentu saja masih boleh, tapi mungkin aku agak kesulitan melakukannya.
Tadi sore ia menyanyakanku hal yang sama. Dia bertanya setelah menunjukan binar matanya saat menceritakan mantan terbaiknya. Aku juga melihat dia mengenalkan dan menganalisa kawan perempuan instagramnya (dia mengajariku soal mana wanita yang cantik berkarakter, wanita yang manis, yang baik, yang cantik saja hingga yang berbahaya).
Sekarang pertanyaan itu rasanya ingin membuatku menangis. Aku tahu itu diperbolehkan, tapi....entahlah... rasanya kesal sampai ingin menangis (mungkin efek dia membanggakan hasil analisanya soal wanita)...yah Tapi poligami memang diperbolehkan.
Kuro memberi tahuku. Itu cemburu.
Dan sejak awal Hasa memang sedang mengukur kadar cemburuku.

-Diandalkan, Febuari 2018-
“Percaya padaku Aley, aku senang ketika kau mengandalkanku” Pesan Hasa membuatku berbunga-bunga. Padahal, aku hanya meminta sarannya mengenai pekerjaanku.
“Itu saran yang kau sendiri sudah tahu, Lea. Dia lebih sering mengandalkanmu”
Akhir akhir ini kuro mulai mengganggu kesenanganku. Dia lebih sering membantah dari biasanya. Sekarang dia benar-benar anti-Hasa.
“Kau bodoh, kalau kau kembali mempercayainya, Lea. Kau akan terluka lagi.”
Kuro tak pernah sekeras itu, tapi setelah aku menangis, dia selalu bilang “Aku sayang padamu, Lea.”
Aku benar-benar bingung.

-Perdebatan, Febuari 2018-
Lagi. Aku berdebat dengan kuro. Menyebalkan. Dan tentu saja tentang Hasa. Kuro banyak menyebutkan kekurangan Hasa. Katanya “Hasa itu pengatur, Hasa itu pemaksa, Hasa itu semaunya, Hasa itu paling sombong, Hasa itu selalu merasa benar sendiri, Hasa ini... Hasa itu....”
Aku benar-benar kesal, sebab dia salah dan tidak salah.
Pada akhirnya, etah kenapa Kuro justru mengatakan sesuatu yang amat menyedihkan
“Kita tahu Lea, suatu saat kau harus memilih”
Apa maksudnya? Dia mengancamku untuk memilih antara Kuro dan Hasa?
Ah.. akhir akhir ini aku terlalu banyak menangis. Sialan.
***
Hening. Aku dan Kuro tak berbicara lagi. Sudah hampir tiga hari, kami saling mendiamkan diri. Bagiku, tiga hari itu terlalu lama dan aku kesepian.

0 komentar: