Kepingan 100

//PATAH//


Aku terbangun dengan perasaan terberat yang baru saja kualami dalam hidupku. Perasaan ini lebih memuakkan dibandingkan kemarahan dan bahkan lebih menyedihkan dibandingkan kesepian. Kalaupun aku bisa membedah diriku sendiri dan mencabuti organ-organ tubuhku agar tidak merasakan sakit, itu tak akan berguna. Perasaan ini tak sebanding! Dan bahkan tak adil bagiku untuk bisa merasakannya.
Aku membuka mataku yang amat sembab, tanpa tahu sudah seberapa banyak air mata yang di keluarkan.  Aku menoleh sedikit dan mendapati sosok kucing yang selama ini selalu bersamaku. Dan dia yang menjadi sumber kemarahanku kali ini.

“Kuro bodoh! Ini semua gara gara kau! Harusnya kau tak menyuruhku menerimanya sejak awal!” Aku nyaris kehabisan suara.

Dia diam saja, lalu mendekatiku.

“Harusnya kau tak perlu berfikir kalau dialah orangnya!” Suara parau, isak dan bentakan mulai padu dimulutku.

“Harusnya….” Ah, air mata lagi. Benar-benar memuakkan.

maafkan aku Lea..” Kuro memotong kalimatku.

Aku tak bisa menyangkal, kali ini kau sudah jatuh cinta Lea. Kau benar-benar menyukai anak itu. Kita hanya tak tahu bagaimana perasaannya” Kuro mengusap kepalaku dengan lengan kecilnya, lalu menggosokan hidungnya, mencium keningku. Meski sedang berusaha membuatku tenang, dia sendiri terlihat begitu lelah, ada kesedihan dan penyesalan dari matanya. Kuro menyandarkan dirinya, menidurkan kepala kecilnya di dadaku.

“haha, bukannya kau yang bilang kalau Hasa sebenarnya tak menyukaiku?” Aku tertawa sarkastik, membayangkan pemuda itu memasang ekspresi puas dan penuh kemenangan di wajahnya, sebab ada satu lagi gadis yang patah hati karenanya. Aku merasa bodoh sekali, tapi aku  juga berharap agar saat ini pun dia sedang merasa dunianya kacau balau, sama sepertiku.

Lea, aku mau menunjukan sesuatu” kuro mengigit ujung lengan bajuku dan membawaku beranjak. Dengan gontai dan malas aku mengikuti langkahnya.

Untuk ukuran seekor kucing, Kuro terhitung cerdas karena dia bisa membuka laptop, mengoperasikannya dan membuka sebuah folder khusus berjudul :  “JIKA”. Dengan gesit dia menunjukan file di dalam  folder itu padaku. 

“Jika hubungan ini sampai pada 1 tahun”

“Jika kau merasa bosan padanya”

“Jika seseorang di masa lalu kembali”

“Jika kau merasa seperti…”

“Jika kita bertengkar”

“Jika dia mulai bertingkah seperti..”

“Jika kau merasa patah hati”

Dan banyak lagi file “JIKA” yang ada di folder itu. File itu semacam surat dari diriku di masa lalu yang  isinya hanya berhubungan dengan pemuda sialan itu. Kuro memilih file “Jika kau merasa patah hati” lalu menekan tombol enter. File itu terbuka.

Jika kau merasa patah hati.

HAHAHAHAHAHAHA. Hai Lea. Jika kau merasa patah hati, kau harus tahu. Kali ini aku sedang menertawakanmu. Tapi aku juga memberimu selamat! Ini pencapaian pertamamu. 

Aku mengutuk diriku sendiri di masa lalu.

Bagaimana rasanya Lea? Apakah sama seperti yang dikatakan teman-temanmu yang pernah patah hati juga? Apa kau merasa sakit sesakit sakitnya? Apa kau tak bisa berhenti menangis juga? Apa kau merasa kehilangan? Apa tiba-tiba muncul kenangan yang justru membuatmu semakin marah dan sedih? Apa kau jadi tak nafsu makan? Apa dadamu terasa terhimpit dan susah bernafas? Apa kamu merasa bodoh dan dihancurkan? Aku penasaran Lea. Apa itu benar-benar terasa nyata atau memang teman-temanmu yang pernah patah hati hanya terlalu melebih-lebihkan?

Aku tak tahu mana yang lebih bodoh. Apakah aku yang sekarang atau aku yang dulu. Ah! Dua-duanya sama sama diriku. Aku benar benar merasakan semua itu! Apa itu berlebihan!?

Aku benar-benar tak tahu rasanya Lea. Makanya, kau perlu bersyukur jika kau (akhirnya) bisa merasakannya dan ambilah pelajaran dari perasaan itu.

Sungguh klasik dan naïf. Justru, yang kupelajari kali ini adalah bahwa aku menyesal karena telah berusaha ‘menyelamatkan’ teman temanku yang pernah patah hati.  Orang patah hati tak perlu diselamatkan, mereka hanya perlu di temani sampai siap menyembuhkan lukanya sendiri.

Tapi aku serius Lea, jika kau patah hati karena Hasa… (dan entah kenapa aku sangat yakin kau pasti patah hati karenanya) Itu artinya kau benar benar telah menggunakan hatimu. Bukankah itu hal yang bagus Lea? Kau pasti baru sadar kalau kau sudah menyukainya bukan? Makanya kau merasa patah hati. Bersyukurlah! Sebab sekarang aku masih ragu, apakah aku menyukainya, atau aku hanya penasaran dengan reaksinya.

Sisi baiknya, dia berhasil membuatmu mengenal perasaan baru.

Sisi buruknya, dia menyia-nyiakannya atau kau terlalu terlambat menyadarinya.

Sebenarnya aku berharap kau tidak membaca “surat” ini.  Aku ingin kamu cukup belajar mencintai saja. Tapi, aku cuma mau mengingatkan. Ketika kau patah hati, bukan berarti semua laki-laki sama dengannya. Jika memang dia membuatmu patah hati, kau sangat boleh mengutuknya! Sebab dia sudah menyia-nyiakan perasaanmu yang bahkan orang lain inginkan tapi belum pernah mendapatkannya. Dia orang paling bodoh karena sudah menghabiskan energinya untuk membuatmu jatuh cinta lalu mematahkannya begitu saja. Aku yakin dia juga akan menyesal Lea. Sedikit ataupun besar rasa sesalnya, itu tak akan menjadi urusanmu lagi.

 Sekarang, pulihlah!

Aku tak tahu sih bagaimana rasanya dan cara memulihkannya. Tapi, dengar baik baik Lea. Dengan tidak mempercayai siapapun setelah ini, itu sama artinya dengan kalimat “kau amat bebal sekali” . Dia sudah membuka hatimu, jangan sia siakan dengan menutupnya lagi. Justru manfaatkan dengan balas dendam yang cantik! Buat dia menyesal.  Gunakan rasa cinta (yang mungkin baru kau temukan itu) untuk lebih mencintai.

Dia akan menyesal karena dia yang sudah membuka hatimu tapi tidak masuk kedalamnya untuk tahu betapa kau bisa lebih mencintai seseorang lebih baik dari siapapun!

Wah keren sekali bahasaku! Kau pasti bangga kan? Haha. Intinya.. cerialah!

Aku tertegun cukup lama dan rasanya ada yang menggelitik perutku.

“hahaha, kau serius kita pernah menuliskan ini dulu?”

Kuro mengangguk dan mulai tersenyum tipis sekali. Aku menghela nafas panjang demi menata ulang semua perasaan yang pernah aku dapatkan dari Hasa. Tak ada yang berubah, aku masih merasakan sakit yang tidak nyata, dadaku masih selalu mengkerut ketika kenangan yang ada mulai muncul dan mengingatkan tanpa kendali.

“Itu tak mengubah apapun, aku masih merasa hancur. Hm.. Tapi setidaknya aku merasa lebih baik setelah membaca surat ini”

Aku memilih satu folder bertuliskan “JIKA” itu. Klik kanan, lalu menu pilhan delete : Are you sure want to move this folder to Recycle Bin?. Aku pilih “YES”. Lalu kukosongkan semua file di Recycle Bin.

Kenapa dihapus!?” Kuro protes.

“Soalnya aku jadi ingat kalau dia terlalu istimewa. Cih, aku bahkan membuat satu folder khusus tentangnya. Bodoh sekali. Dia harusnya menyesal.”

Files deleted. Recycle Bin is empty now.

‘As empty as me? Haha’ Gumamku sarkastik dalam hati.
Kuro memelukku. Dia memang paling tahu apa yang kupikirkan dan kurasakan. 

0 komentar: