Kepingan 99

//LENGAH//

Pada dasarnya, semua fase yang  dialami manusia ketika patah hati adalah sama saja. Tahap pertama setelah merasakan kesedihan, adalah “penyangkalan”. Denial. Menyangkal situasi bahwa hubungan yang dimilikinya sudah berakhir. Mungkin aku sudah ada pada tahap pertama, sebab tanpa sengaja aku sudah meruntuhkan semua harga diriku untuk menghubunginya. Aku masih ingin kembali.

Aku melihat sosial media Hasa setiap menitnya, dan setiap menit itu pula Kuro memarahiku.

Lea : [aku masih kaguya yang sama tuh]

Jemariku lancar mengetik kalimat itu di kolom komentar sosial media Hasa. Aku ingin tahu bagaimana perasaannya juga. Aku ingin tahu bagaimana keadaannya juga. Aku ingin kita merasakan hal yang sama.

Lupakan dia, Lea”  Kuro sekonyong konyong duduk diatas ponselku.

Kurasa Kuro adalah tahap kedua fase patah hatiku. Fase kemarahan. Setiap kali aku membicarakan Hasa, ekornya berdiri meninggi, cakarnya keluar dan bersiaga, matanya menajam. Mungkin Hasa akan habis dicakarnya kalau mereka bertemu.

Kau ingat kata kata Tana, Lea? Dia itu amat bodoh! Kalau dia minta kembali, jangan! Apa yang sudah selesai berarti selesai. Kau sendiri  pernah bilang seperti itu kan?

Kuro masih masih menduduki ponselku. Dia terlihat tak akan sedikitpun beranjak hingga aku setuju dengan kalimatnya. Masih beruntung ponselku tidak dihancurkan olehnya.

Tapi mau bagaimanapun juga, kali ini aku tak bisa membohongi diri sendiri. Aku menggelengkan kepala. “Aku tahu ini bodoh, Kuro. Tapi aku ingin dia kembali”

yang benar saja, Lea!

“sekali ini saja, percaya padaku. Aku ingin mengikuti perasaanku. Lagipula kau kan yang pertama mengatakan padaku bahwa dia orang yang tepat? Aku ingin percaya kata katamu yang itu”

Aku tahu, itu adalah penyangkalan ter-klise yang pernah ada. Faktanya, aku hanya mencoba menghilangkan perasaan tidak enak yang bergumul di dada. Sisi egoku mendominasi.

“aku cuma mau menyanyakan kabarnya, oke? Kalau dia sudah tidak peduli berarti memang sudah selesai”

Ini benar-benar memalukan. Tapi aku bahkan tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya ingin memutar semuanya kembali ke semula. Pikiranku terlalu kosong untuk mempertimbangkan segala hal baik dan buruk. Aku baru tahu kalau patah hati bisa juga membuat kinerja otak sempurna mati.

sadarlah Lea! dia bahkan tidak…

Kalimat kuro terpotong. Bokongnya bergetar karena efek dering dan mode getar dari ponselku. Dia bergeser sedikit dan dengan gesit aku mencuri kesempatan untuk mengambil ponselnya.

Hasa : Aku rindu.

Hasa : Hei. Bagaimana perasaanmu saat komentarmu tak kubalas?

Aku merasa ada hujan yang menyirami hatiku, lalu turun lewat mataku. Dan kemarahan Kuro tiba-tiba menular padaku. Aku belum sampai pada fase “menerima” situasi.

***
Hasa : jadi apa kau masih mau datang kerumahku?

Hasa selalu menyingkat perdebatan panjang menjadi satu keputusan yang harus aku tentukan.  Kenapa harus aku yang kerumahnya? Kenapa dia tidak bertanya “apa kau masih mau bertemu denganku?”  Kenapa dia tak mau menghampiriku? Apa dia sedang mempermainkanku? Aku memikirkan persis  apa yang Kuro pikirkan.  Kucing kesayanganku itu  memberikan isyarat keras dengan menggelengkan kepalanya kepadaku. Tapi kali ini aku tak mau mengikutinya, sebab aku sangat ingin bertemu dengan Hasa.

Lea : Mau.

Kuro terpaku kearahkuPupil matanya menyirit tajam dan dia mulai menggeram.

Kau bodoh Lea” suara marahnya jelas sekali tertahan di tenggorokan.

Aku merasa dadaku ditikam jarum tipis hanya karena Kuro menyebutku bodoh. Melihat Kuro begitu marah, nyaris membuatku mengurungkan niatku untuk bertemu Hasa. Tapi, dibandingkan Kuro, Hasa sudah lebih sering menyebutku bodoh, dia sudah jauh lebih dalam menikamku.

Hasa : Baiklah Lea. Anggap saja ini perjalanan terakhir kita :)

Aku mengelus dada. Perasaanku remuk, tapi aku sudah mulai mengebaskan diri. Waktunya menerima. Waktunya mererima. Waktunya menerima. Berulangkali aku mengingatkan diriku agar bisa melakukan sesuatu yang bisanya mudah kulakukan: melepaskan.

Ternyata memang, kita tak bisa memutar kembali waktu.

......

 Tapi kita bisa memperbaikinya bukan?

0 komentar: